Begini Cara Praktis Mengetahui Nasab Habib di Indonesia Agar Tak Salah Mengikut Ajarannya

Galih Priatmojo Suara.Com
Sabtu, 13 Juli 2024 | 14:47 WIB
Begini Cara Praktis Mengetahui Nasab Habib di Indonesia Agar Tak Salah Mengikut Ajarannya
Sejarah Awal Sebutan Habib (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lebih jauh, Kiai Usamah menyebut ada tiga kategori untuk mengetahui seseorang itu adalah habib yang valid atau tidak.

Pertama; Habib asli dan alim. Orang yang seperti itu harus dihormati dan dimuliakan karena di dalam dirinya mengalir darah Rasulullah SAW. Oleh karenanya masyarakat perlu tunduk terhadap seseorang yang seperti itu karena keilmuan yang dimiliki.

Kedua; Habib asli tapi tidak alim yakni yang kurang memahami ilmu agama karena tak pernah mengenyam pendidikan baik di sekolah atau pesantren. Kepada mereka harus tetap takzim.

Meski begitu tidak perlu taat terhadap perintahnya apalagi bila mengajak ke jalan sesat atau maksiat.

Ketiga; Habib palsu. Untuk orang seperti ini bila dicek kebenarannya ternyata bukan habib asli maka tinggalkan saja tanpa perlu menghina sebab bagaimanapun mereka juga manusia yang patut dihormati.

Tiga hal tersebut bisa jadi landasan untuk mengetahui dan menyikapi habib atau orang-orang yang mengaku habib agar tak salah dalam mengambil suri tauladan dari mereka.

Sejarah Awal Sebutan Habib di Indonesia

Sementara itu dikutip dari tulisan M. Arkandiptyo di Quora, ia meringkas penjelasan Habib Zein bin Umar bin Smith mengenai sejarah awal sebutan habib. Dijelaskan bahwa akar silsilah, keturunan Rasulullah melalui pernikahan Fatimah dan Ali memiliki dua sebutan, yaitu:

Pertama, sayyid (saidi, sidi) untuk keturunan garis silsilah keluarga Husein.
Kedua, Syarif (sharef, sarif) sebutan untuk kerutunan garis silsilah keluarga Hasan.

Baca Juga: Sejarah Awal Sebutan Habib di Indonesia, Baru Muncul Akhir Era Penjajahan Belanda?

Di antara para sayyid, tersebutlah sayyid terkemuka pada masanya Imam Ahmad al-Muhajir. Al-Muhajir bukanlah namanya melainkan gelar karena melakukan migrasi/hijrah dari tanah kelahiran di Basra, Mesopotamia sekarang Irak. Ia berhijrah dengan tujuan untuk menghindari kericuhan politik dinasti Abassiyah, terutama karena ia memiliki predikat sebagai keturunan Nabi Muhammad.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI