Aurel-Atta Lestarikan Tradisi Jawa, Ini Makna Dan Tata Cara Tedak Siten Anak

Rabu, 10 Juli 2024 | 17:27 WIB
Aurel-Atta Lestarikan Tradisi Jawa, Ini Makna Dan Tata Cara Tedak Siten Anak
Keluarga Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar di acara tedak siten Azura (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar menggelar upacara Tedak Siten bagi anak keduanya, yaitu Azzura Humaira Nur Atta. Dimana seluruh keluarga besar pasangan tersebut hadir.

Upacara Tedak Siten Azzura ini berlangsung mewah namun sarat makna bagi masyarakat suku Jawa. Lalu apa makna dan bagaimana tata cara Tedak Siten?

Tedak Siten adalah sebuah prosesi adat tradisi masyarakat di Jawa yang sudah turun-temurun dilakukan kendati saat ini mulai jarang yang melakukannya.

Tedak Siten sendiri berasal dari kata Tedhak yang berarti turun (menapakkan kaki) sedangkan Siten artinya Tanah. Sehingga Tedak Siten adalah upacara menginjakkan atau menapakkan kaki ke tanah bagi seorang anak.

Baca Juga: Ultah ke-26, Aurel Hermansyah Siapkan 6 Ribu Hadiah Buat Anak Yatim

Menurut Murniatmo dilansir dari dinaskebudayaanjogja.kota.go.id, Tedhak Siten merupakan  upacara pada saat anak turun tanah untuk pertama kali, atau disebut juga mudhun lemah atau unduhan, masyarakat beranggapan bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib.

Tedak Siten berlangsung saat anak berusia 7 lapan kalendar jawa atau 8 bulan kalender masehi.

Dimana pada usia tersebut anak mulai memasuki masa belajar berjalan dan mulai menapakkan kaki ke tanah.

Tedak Siten menyimbolkan bimbingan orang tua kepada anaknya dalam meniti kehidupan melalui serangkaian prosesi dan ubarampe yang digunakan.

Sedangkan dalam upacara Tedak Siten terdapat perlengkapan yang harus disiapkan, antara lain jadah tujuh warna warni, tangga yang terbuat dari tebu, kurungan (biasanya berbentuk seperti kurungan ayam) yang diisi dengan barang/benda, alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk, air untuk membasuh dan memandikan anak, ayam panggang, pisang raja, udhik-udhik, jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan dan nasi kuning

Baca Juga: Atta Halilintar Ungkap Situasi Hubungan dengan Tompi usai Konten Rumah Rp150 Miliar

Dalam tradisi Tedak Siten, ada 7 tahapan yang perlu dilakukan :

    Membersihkan kaki

Orangtua menggendong anaknya untuk dicuci bersih kakinya sebelum menginjakkan kaki anak ke tanah, kegiatan ini mempunyai makna bahwa si anak mulai menapaki tanah, yang berarti mulai menapaki kehidupan dan dilakukan dengan hati yang suci.

    Berjalan melewati tujuh jadah

Anak dituntun berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah atau dalam bahasa jawa pitu. Jadah disiapkan dengan warna yang berbeda-beda dengan harapan si anak kelak dalam mengatasi kesulitan hidup selalu mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Masing-masing jadah memiliki warna dan makna tersendiri, yaitu:

  •         Merah artinya keberanian, dengan harapan sianak berani dalam melangkah dalam kehidupan
  •         Warna kuning artinya kekuatan lahir dan batin yang wajib dimiliki oleh seseorang
  •         Putih artinya kesucian
  •         Merah jambu alias pink artinya cinta dan kasih saying baik kepada orangtua, kakak, eyang dll.
  •         Biru artinya ketenagan jiwa dalam melangkah dalam kehidupan
  •         Hijau artinya lingkungan sekitar dan kesuburan
  •         Ungu artinya kesempurnaan atau puncak.

Dengan menapaki jadah 7 warna ini, diharapkan kelak si bayi mampu melewati tiap rintangan dalam hidupnya.

    Tangga dari Tebu Wulung

Anak diajak orangtua untuk menaiki 7 (Tujuh) tangga yang terbuat dari batang tebu. Tebu berasal dari kata antebing kalbu yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri. Ritual ini menggambarkan bahwa bayi akan menghadapi perjalanan hidupnya hari demi hari sampai pada puncaknya. Ini menggambarkan dukungan keluarga untuk anak dalam menjalani hari-harinya ke depan. Ritual ini mempunyai harapan agar kelak si bayi tidak mudah menyerah dalam meraih cita-citanya.

    Kurungan

Terdapat pula sangkar atau kurungan ayam. Nantinya di dalam kurungan diberikan benda seperti perhiasan, buku tulis, beras, mainan, dan lain sebagainya. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang akan dimasuki oleh anak kelak jika dewasa. Benda-benda ini nantinya akan diambil oleh anak menggambarkan profesi yang ingin dijalani kelak jika sudah dewasa.

    Memandikan Anak

Sedangkan air yang diambil oleh kedua orang tua dari si anak yang diambil pada waktu tertentu yakni pada malam hari sekitar pukul 10-12 malam yang kemudian didiamkan atau diembunkan sampai keesokan harinya terkena sinar matahari.

Anak akan dimandikan orangtuanya dengan air yang diberi bunga. Tujuannya agar kelak si bayi dapat mengharumkan keluarga dan dirinya. Maksudnya, supaya ia bisa jadi anak yang membanggakan. Setelah dimandikan, kemudian anak diberi pakaian.

    Memberikan Uang Logam atau Udhik-udhik

Udhik-udhik, yaitu uang logam yang dicampur dengan bermacam-macam bunga. Dalam prosesi ini udhik-udhik disebar dan dibagikan kepada anak-anak dan orang dewasa yang hadir dalam acara tersebut. Harapannya kelak agar si anak jika dikarunia rezeki cukup dapat mendermakan rezekinya kepada fakir miskin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI