Kasus Bobolnya PDNS 2 Disebut karena Orang Dalam, Pendiri Komunitas Hacker Teguh Aprianto Lempar Senyum Kecut

Galih Priatmojo Suara.Com
Selasa, 09 Juli 2024 | 16:34 WIB
Kasus Bobolnya PDNS 2 Disebut karena Orang Dalam, Pendiri Komunitas Hacker Teguh Aprianto Lempar Senyum Kecut
Konsultan Keamanan Siber yang merupakan pendiri komunitas hacker Indonesia Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto memberi penjelasan terkait bobolnya PDNS 2 yang diduga melibatkan orang dalam. [deddy corbuzier/YouTube]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa waktu lalu, publik dibuat heboh dengan kabar lumpuhnya Pusat Data Nasional Sementara 2 atau PDNS 2 karena dibobol hacker atau peretas.

Gegara ulah hacker itu, Menkominfo Budi Arie Setiadi sempat menjadi sorotan. Ia bahkan didesak untuk mundur hingga dipanggil ke DPR untuk memberikan penjelasan.

Kabar bobolnya Pusat Data Nasional Sementara 2 atau PDNS 2 itu belakangan menimbulkan beragam spekulasi. Ada yang menyebut hal tersebut merupakan bagian dari konspirasi.

Mengenai hal itu, Deddy Corbuzier pun sempat menanyakan kepada konsultan keamanan siber Teguh Aprianto.

Baca Juga: Namanya Diusulkan Maju Pilkada DKI Jakarta 2024, Deddy Corbuzier Digoda Istri Sendiri

Melalui podcast Close the Door, Deddy menduga adanya orang dalam yang bermain dalam kasus bobolnya Pusat Data Nasional Sementara 2 atau PDNS 2 tersebut yang kemudian ditanyakan kepada Teguh.

"Tapi gw penasaran menurut lu, kalo kita ngomong jujur aja, karena kan lu bilang tadi ngga ada nih ransomware kaya gini, jangan-jangan dihack sendiri?" tanya Deddy seperti dikutip Senin (9/7/2024).

Ketika ditanya, Teguh bereaksi tersenyum kecut.

"Gw ga mau ngomong ke arah sana ya, tapi emang ini ngga biasa aja, motifnya ngga ketahuan, karena ransomware gang itu kan motifnya uang ya kalau di luar itu ratusan triliunan, sebesar itu," terang pendiri hacker Indonesia bernama ethical hacker Indonesia.

Teguh mengungkapkan dalam kebanyakan kasus data yang dibobol ransomware dimulai dari satu manusia atau sekelompok manusia yang kurang cakap.

Baca Juga: Peretasan PDN Dinilai Sebagai Ekses Perang Lawan Judi Online

"Mau bilang tapi ini agak kasar, jadi ini biasanya dimulai dari satu orang atau sekelompok orang yang bego, karena ketidakcakapannya itu bisa jadi pintu. Lu mau siapin secanggih apapun sistem tapi tak disiapkan usernya ya sama aja," ungkapnya.

Ia kemudian menjelaskan kasus PDNS 2 juga sama bermula dari human error.

"Ransomware itu kalau nyebut Locbit, itu punya kebiasaan sering orang berspekulasi itu biasanya ada insider threat, ada orang dalam karena di locbit itu ada sistem afiliasi jadi misal lu ada orang dalem bisa ngasih info intel tipis2 ke hacker lu akan dapat persenan itu kebiasaan locbit dulu sebelum digerebek FBI," terangnya.

"Informasi kaya di dalamnya teknologinya make apa, sesimpel itu aja. Karena kalau baca timelinenya di PDN ini kan ngga langsung masuk. Dia mempelajari dulu baru dua hari kemudian ransomwarenya dimasukkan," imbuh Teguh.

Lebih lanjut menurut Teguh, Brain Chipher yang mengklaim melakukan pembobolan PDNS 2 merupakan grup baru, dan dia menggunakan ransomware yang bukan buatan mereka.

"Sebenarnya itu sourch yang udah menyebar, sebenarnya PDN itu kenanya dua ransomware yang keluar di rilis pemerintah itu locbit yang setelah hackernya memberikan key itu bukan locbit itu jenis lain namanya bakbuk," katanya.

"kita praktisi pada nanya kenapa yang dirilis itu cuma locbit karena setelah key diserahkan ini bukan locbit tapi bakbuk," tukasnya.

Sebelumnya tak sedikit publik yang menyorot soal bobolnya Pusat Data Nasional Sementara 2 atau PDNS 2 merupakan ulah dari orang dalam.

Beredar nama Dicky Prasetya Atmadja yang disebut-sebut merupakan biang terjadinya kasus pembobolan tersebut.

Ia diduga terafiliasi dengan PT Telkom Indonesia Tbk melalui anak usahanya PT TelkomSigma dan PT Indosat Tbk melalui anak usahanya Lintasarta.

Diketahui PDNS 2 mengalami lumpuh sejak 20 Juni akibat serangan ransomware.

Data yang ada di dalamnya yang berasal dari 282 institusi pusat dan daerah ikut dikunci.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI