Suara.com - Kasus pembunuhan terhadap Vina dan Eky Cirebon hingga kini masih terus bergulir.
Terkini keluarga terpidana kasus pembunuhan Vina melaporkan Ketua RT 2 Kelurahan Karangmulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon bernama Abdul Pasren ke Mabes Polri.
Sejumlah keluarga terpidana yang datang ke Gedung Bareskrim Polri didampingi politikus Dedi Mulyadi melaporkan Abdul Pasren lantaran tak terima disebut memberikan iming-iming kepada yang bersangkutan.
"Mereka datang untuk menguji kebenaran terkait putusan sidang pengadilan 2016 dimana ada putusan yang menyebut bahwa ibu Aminah bersimpuh di pangkuan pak RT Tasren kemudian meminta agar pak RT berbohong dengan iming-iming yang kemudian didampingi pengacara," terang Dedi Mulyadi, Selasa (25/6/2024).
Baca Juga: Besok Sidang Praperadilan Pegi Setiawan Bakal Dijaga Ketat Polisi, PN Bandung Siapkan Ini
Lebih lanjut, Dedi menegaskan tak ada upaya dari keluarga terpidana terkait memberi iming-iming seperti yang dijelaskan dalam putusan pengadilan 2016 silam itu.
"Tak ada peristiwa itu yang ada justru mereka datang ke pak Tasren meminta agar Pak RT berkata jujur dan sebenarnya. Itu yang mereka sampaikan dan tak ada mereka duduk di pangkuan yang ada adalah bersimpuh di bawah kakinya pak Tasren karena dia sedang duduk di kursi," jelasnya.
Dedi mengaku berani pasang badan untuk keluarga terpidana karena telah mengamati dan menelusuri peristiwa yang sudah sebulan tersebut. Ia berharap kasusnya bisa diuji agar tak jadi opini publik.
Lebih jauh, politisi partai Gerindra tersebut meminta Polri menguji kebenaran mengenai iming-iming uang kepada pak Tasren tersebut secara tuntas.
"Siapa yang benar? Pak Tasren mengatakan anak-anak terpidana yang sekarang mendekam di penjara itu tidak tidur di rumahnya atau mereka tidur di rumahnya. Untuk itu salah satu lembaga yang memiliki otoritas menguji kebenaran itu adalah Mabes Polri," terangnya.
Diketahui berdasar putusan persidangan terkait pembunuhan Vina pada 2016 lalu, Pasren menyebut lima terdakwa yaitu Hadi, Jaya, Supriyanto, Eko Ramdhani serta Eka Sandy tidak tidur di rumahnya.
Pasren kemudian mengaku didatangi keluarga terpidana dan minta agar membebaskan para terpidana.
Pernyataan itu berbanding terbalik dengan saksi lain termasuk dari keluarga terpidana saat bertemu Dedi Mulyadi.
Mereka memastikan saat malam kejadian para terpidana ada dan tidur di rumah kontrakan Pasren bersama anaknya dia bernama Kahfi.