Suara.com - Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng meninggal dunia pada Minggu (23/6/2024) dini hari. Komisaris Utama PT Bio Farma tersebut mengembuskan nafas terakhir pada usia 82 tahun setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Medistra Jakarta.
Jenazah Tanri Abeng akan disemayamkan di rumah duka di kawasan Simprug Golf, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Minggu (23/6/2024).
Diketahui, Tanri Abeng merupakan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada 1998 yang ditunjuk oleh Presiden ke-2 RI Soeharto. Ia kemudian melanjutkan jabatannya sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN di era Presiden BJ Habibie.
Berikut ini profil Tanri Abeng, Menteri BUMN Era Soeharto yang meninggal dunia.
Baca Juga: Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng Meninggal Dunia di Usia 82 Tahun
Dr H Tanri Abeng MBA lahir di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 7 Maret 1942. Ia merupakan seorang pengusaha yang pernah menjabat Menteri Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII era Soeharto dan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Tanri Abeng lahir dari keluarga yang sederhana. Saat berusia 10 tahun, ia pindah ke Makassar untuk tinggal dengan kerabat usai kedua orangtuanya meninggal.
Dia mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Kota Makassar. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Advent (SLA) di kota tersebut, ia sempat berangkat ke Amerika Serikat dalam program American Field Service (AFS) Exchange program.
Tanri Abeng kemudian pulang kembali ke Makassar, ia melanjutkan sekolahnya di Universitas Hasanuddin sampai tingkat 5, pendidikannya dilanjutkan ke Graduate School of Business Administration, University at Buffalo, New York, Amerika Serikat hingga mendapatkan gelar MBA.
Kemudian ia mengikuti program management training Union Carbide Amerika serikat. Setelah selesai, ia ditempatkan di Jakarta sebagai Manager Keuangan perusahaan tersebut (1969-1979). Kariernya terus menanjak sampai akhirnya ia menjadi Direktur PT Union-Carbide Indonesia.
Baca Juga: Sosok Risty Tagor, Seleb Disorot Media Asing karena Berhaji 2 Kali di Usia Muda
Selain itu, Tanri Abeng juga menjadi Direktur Agrocarb Indonesia, Direktur Karmi Arafura Fisheries (1971-1976) dan pada tahun 1977-1979, ia merangkap sebagai manager pemasaran Union Carbide Singapura.
Tahun 1979, dia pindah ke perusahaan produsen bir Belanda, Heineken, PT Perusahaan Bir Indonesia (Indonesian Beer Company). Meskipun tidak bisa berbahasa Belanda dan tidak minum bir, dia menjadi CEO perusahaan tersebut setelah wawancara selama 15 menit.
Selanjutnya ia mengubah nama PT Perusahaan Bir Indonesia ke Multi Bintang Indonesia. Pada tahun 1982, itu mencatat laba sebesar Rp4 miliar, naik dari hampir Rp500 juta dibandingkan ketika ia bergabung.
Pada 1991, Tanri Abeng mundur sebagai CEO Multi Bintang dan pindah ke Bakrie & Brothers, perusahaan milik Aburizal Bakrie. Tanri Abeng menjadi CEO Bakrie & Brothers, tetapi ia juga merangkap sebagai ketua non-eksekutif Multi Bintang Indonesia, posisi ini tetap dipertahankan hingga Maret 1998.
Lalu tahun 1991 ia memasuki dunia politik dengan mewakili Golkar duduk di MPR. Selanjutnya, pada 1998 ia ditunjuk Presiden Soeharto sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan dilanjutkan dengan jabatan yang sama di Kabinet Reformasi Pembangunan pimpinan Presiden Habibie.
Tak hanya menjabat sebagai menteri, Tanri Abeng juga menjadi Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, komisaris utama PT Pertamina Persero dan komisaris utama PT Bio Farma.
Pada 2011, Tanri Abeng mendirikan Universitas Tanri Abeng di Jakarta Selatan. Menurutnya, pembangunan kampus ini dibiayai dengan hasil penjualan Hotel Aryaduta, hotel yang dimiliki Tanri hasil bermitra dengan bos Lippo Group, James Riady.