Suara.com - Sebuah insiden baku hantam antar pria di sebuah kedai jamu yang ada di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi viral baru-baru ini. Masalah sepele dituding menjadi pemicunya.
Mengutip @memomedsos, Rabu (19/6/2024) awalnya terjadi percakapan antar dua orang di salah satu kedai jamu. Korban terdengar ingin meminta uang sebesar Rp10 ribu. Namun pelaku justru meminta saat membuatkan jamu untuk divideo.
"Pria tersebut tidak mau membayar hingga terjadi adu mulut dengan penjual. Tiba-tiba pembeli itu mulai menyerang fisik dengan menanduk kepala si penjual. Pembeli tersulut emosi akhirnya menyerang balik hingga berkelahi," tulis caption video.
Perkelahian dua pemuda tersebut cukup menarik perhatian karena penuh dengan teriakan dan juga umpatan korban dan pelaku.
Baca Juga: Apa Itu Elaelo? Situs Media Sosial yang Diklaim Jadi Pesaing Twitter atau X
Beruntungnya perkelahian tak berlarut-larut menyusul para warga langsung melerai dua pemuda tersebut.
Sontak viralnya perkelahian dua pemuda tersebut memantik netizen berkomentar. Tak sedikit yang menyayangkan reaksi pembeli yang enggan membayar uang sebesar Rp10 ribu.
"Kalau udah susah, mending di rumah aja daripada keluar cuma mau jadi preman kampung," kata salah satu netizen.
"Penjual menggunakan kedua tangan sebagaimana mestinya," kata netizen lain.
"Ini baru mantap, setuju sama penjualnya," ungkap salah satu netizen.
Baca Juga: Aturan-aturan di Sosmed Elaelo Beredar, Netizen Dilarang Kritik Pemerintah?
"Mantap mental penjualnya, selagi pelaku pakai tangan kosong gas duel by one," semangai netizen lain.
Belum diketahui motif pelaku tak mau membayar jamu yang ia pesan. Meski begitu indikasi pelaku yang disebut-sebut adalah ODGJ belum bisa dipastikan, mengingat interaksi kedua pemuda itu tidak terkendala.
Meski belum sampai terjadi perkelahian yang hebat, kasus pembeli tak mau membayar kerap menjadi masalah bagi pedagang. Tak jarang pelaku mengaku sebagai orang asli daerah tersebut hingga berdalih sebagai pihak keamanan.
Hal inilah yang banyak ditentang oleh masyarakat, bahwa preman-preman tersebut berkedok sebagai petugas keamanan agar bebas meminta uang atau menikmati barang yang dijual pedagang.