Suara.com - Dewasa ini, istilah Artificial Intelligence atau kerap dikenal dengan AI kerap banyak digunakan.
AI sendiri adalah sejenis teknologi di bidang ilmu komputer yang memiliki kemampuan khusus untuk memecahkan masalah.
AI dikenal dengan kecerdasannya yang disebut-sebut mampu menyaingi kemampuan kognitif manusia, teknologi AI nyatanya mampu membantu beragam pekerjaan manusia dari yang mudah sampai yang rumit sekalipun.
Ilmuwan Komputer Professor John McCarthy diketahui sebagai tokoh yang memperkenalkan konsep AI pada tahun 1956.
Baca Juga: Apa Itu Apple Intelligence? Teknologi AI Ciamik yang Meluncur di iOS 18
Saat ini, AI telah banyak digunakan di berbagai aplikasi seperti search engine, asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, dan Cortana.
Sebagai contoh, saat ini teknologi AI yang juga banyak digunakan adalah ChatGPT. Sejak akhir 2022, teknologi AI yang satu ini dirilis oleh Open AI dan cukup menarik perhatian banyak orang.
Selain itu, pengembangan AI telah mencapai tingkat yang mengagumkan, salah satunya adalah penggunaannya dalam kendaraan otonom (self-drive) yang memungkinkan kendaraan melaju dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.
Para ahli mengatakan ChatGPT dan AI ini, dalam satu sisi, dapat mengancam beberapa pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengotomatiskan pekerjaan dengan tingkat karier menengah dan kemampuan menengah.
Berdasarkan analisis McKinsey yang diterbitkan Juli 2023, diperkirakan pada 2030, hampir 12 juta orang Amerika yang memiliki pekerjaan yang tidak terlalu diminati, perlu berganti pekerjaan. Sebab, 30% posisi kerja di AS dikatakan dapat diotomatisasi pada 2030.
Baca Juga: AMD EPYC 4004: Solusi Server Bertenaga AI Sasar UMKM, Hemat Biaya & Kaya Fitur
Inilah beberapa pekerjaan yang berpotensi hilang karena sudah digantikan AI :
· Akuntan
· Analis Keuangan & Penasihat Keuangan Pribadi
· Desainer Grafis
· Customer Service
· Paralegal, Asisten hukum
· Analis Riset Pasar
· Copywriter
Artificial Intellegence kini bukanlah hal baru. Berbagai sektor pun sudah disasar dengan kecerdasan buatan tersebut. Namun sayangnya belum semua pihak siap menghadapi era disrupsi digital.