Suara.com - Adanya perbedaan perayaan Idul Adha antara Indonesia dan Arab Saudi semakin menegaskan pentingnya Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) yang memiliki prinsip satu hari untuk seluruh dunia. Sehingga perbedaan puasa dan wukuf di Arafah tidak lagi terjadi.
Hal ini diungkapkan oleh Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Agus Purwanto.
Menurut Agus, dengan adanya Kalender Hijriyah Global Tunggal, umat Islam di seluruh dunia dapat merayakan hari-hari besar Islam secara serempak.
Ini bukan hanya menyelaraskan waktu puasa dan wukuf, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di antara umat Islam di berbagai belahan dunia.
Agus Purwanto mengatakan, perbedaan penetapan hari raya Idul Adha antara Indonesia dan Saudi Arabia bukanlah hal yang baru.
Bahkan, ini bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah sering terjadi. Sehingga, seharusnya warga Muhammadiyah dan umat Islam di Indonesia tidak lagi merasa kaget dengan fenomena ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pola perbedaan ini cukup bervariasi. Dua tahun berturut-turut sebelumnya, Idul Adha di Saudi Arabia bersamaan dengan Muhammadiyah tetapi mendahului Pemerintah Indonesia.
Sebelumnya lagi, Idul Adha di Saudi bersamaan dengan Pemerintah Indonesia sementara Muhammadiyah mendahului. Namun, ada juga tahun di mana Muhammadiyah, Pemerintah, dan Saudi Arabia ber-Idul Adha pada hari yang sama.
Pada tahun 2024 ini, Idul Adha di Saudi Arabia mendahului Muhammadiyah dan Pemerintah Indonesia. Muhammadiyah menetapkan tanggal 29 Zulqa’dah 1445 H jatuh pada Kamis, 6 Juni 2024.
Baca Juga: Mengapa Idul Adha Pemerintah Indonesia, NU, Muhammadiyah, dan Arab Saudi Berbeda?
Namun, ketika maghrib tanggal 6 Juni 2024, konjungsi belum terjadi (konjungsi baru terjadi pada pukul 19:04 WIB), sehingga siklus bulan Zulqa’dah belum berakhir.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria Wujudul Hilal, Zulqa’dah disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024, sehingga Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.