Sobat Suara Pasti Gak Tahu! 5 Fakta Mengejutkan BSI: Muhammadiyah Sampai Bedol Duit
Bank Syariah Indonesia (BSI) menyita atensi publik lantaran harus 'kehilangan' nasabah kelas kakap, organisasi Islam PP Muhammadiyah
Suara.com - Bank Syariah Indonesia (BSI) menyita atensi publik lantaran harus 'kehilangan' nasabah kelas kakap, organisasi Islam PP Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah mengalihkan dana mereka sekitar Rp3 triliun dari BSI. Kondisi ini pun jadi perhatian dan perbincangan publik.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan, keputusan pengalihan dana simpanan dan pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia (BSI) dilakukan untuk meminimalkan persaingan yang mungkin terjadi di antara bank-bank syariah lain.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal Anwar Abbas mengatakan bahwa porsi penempatan dana Muhammadiyah terlalu terkonsentrasi di BSI, sementara penempatan dana di bank-bank syariah lain masih sedikit. Hal itu secara bisnis dapat menimbulkan risiko konsentrasi (concentration risk).
Baca Juga: Ditanya Perkuat Timnas Indonesia, Emil Audero: Saya Sudah Pernah Bicara dengan Erick Thohir
“Sehingga bank-bank syariah lain tersebut tidak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan oleh BSI, baik dalam hal yang berhubungan dengan penempatan dana maupun pembiayaan. Bila hal ini terus berlangsung, maka tentu persaingan di antara perbankan syariah yang ada tidak akan sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan,” kata Anwar dalam keterangan tertulis seperti dikutip.
Kata Anwar, Muhammadiyah punya komitmen tinggi untuk mendukung perbankan syariah. Oleh sebab itu, Muhammadiyah terus melakukan rasionalisasi dan konsolidasi terhadap masalah keuangannya.
Sementara itu, pengamat Ekonomi Syariah Imron Mawardi mengatakan ada dugaan putusan Muhammadiyah disebabkan BSI lebih mementingkan nasabah korporasi besar dibanding nasabah UKM.
"Ketika bank BSI ini bergabung menjadi satu. Ternyata juga merger itu kan lebih banyak orientasi ke korporat. Kalau Muhammadiyah misalnya ke UKM itu tinggi," ungkapnya.
Nah seperti apa sebenarnya rekam jejak BSI sebagai salah satu bank syariah di Indonesia, berikut ulasanya:
Baca Juga: Vietnam Hanya Cetak Satu Gol, Erick Thohir Nilai Ada Faktor Keberuntungan
Pemilik Awal BSI
BSI awalnya berdiri dengan nama PT Bank Djasa Arta dan berkantor pusat di Jalan Suniaradja no. 24B, Bandung, Jawa Barat. Bank ini mulai beroperasi sejak 3 Juli 1969.
Di awal bank ini memiliki empat kantor cabang serta dikelola oleh Darmawan Tanudjaja dkk.
Pada awal 90-an, bank ini diakuisisi 51% sahamnya oleh Awong Hidjaja, pemilik perusahaan tekstil Panasia, dengan sisanya dimiliki beberapa pemegang saham lain.
Nama bank kemudian berubah menjadi PT Bank Jasa Arta pada 1994. Tiga tahun kemudian, berganti lagi menjadi Bank Panasia Internasional, namun batal.
Diakuisisi BRI
Pada Desember 2001, BRI memiliki unit usaha syariah karena adanya permintaan besar pasar. Unit usaha syariah BRI saat itu tumbuh cukup lambat.
Hingga kemudian direksi BRI memiliki rencana untuk membidik dua bank kecil untuk diakuisisi, yaitu PT Bank Jasa Arta dan PT Bank Harmoni Internasional.
Pada Juni 2007, BRI resmi membeli Bank Jasa Arta. Proses akuisisi kemudian resmi dilakukan pada 19 Desember 2007, dengan BRI mengambilalih PT Bank Jasa Arta dari tangan Awong Hidjaja dan dua perusahaan miliknya (PT Panasia Synthetic Abadi dan PT Panasia Intertraco)[7] seharga Rp 61 miliar.
Sesuai surat no. 10/67/Kep.GBI/DPG/2008 tertanggal 16 Oktober 2008, Bank Jasa Arta resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah BRI pada tanggal 17 November 2008 dengan status berubah dari sistem konvensional ke syariah.
Tiga Bank Melebur
Pada perkembangannya pada 12 Oktober 2020, muncul rencana merger antara Bank Syariah BRI dengan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah.
BRIsyariah akan menjadi surviving entity dan dua bank syariah lain melebur ke dalamnya; hal ini dilakukan karena bank tersebut merupakan satu-satunya bank syariah anak usaha BUMN.
Singkat cerita, setelah mendapat izin dari OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tertanggal 27 Januari 2021, PT Bank BRIsyariah Tbk resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk, dan Bank Syariah Mandiri serta Bank BNI Syariah resmi melebur ke dalam bank ini pada tanggal 1 Februari 2021.
Serangan Siber 2023
Pada 8 Mei 2023 sistem BSI lumpuh akibat ransomware, sistem BSI baru bisa kembali normal pada 10 Mei 2023.
Ransomware merupakan salah satu tipe malware yang digunakan peretas atau hacker untuk menyandera data penting milik korban, baik individu maupun korporasi, lalu menguncinya dengan enkripsi.
Pelaku akan meminta tebusan sejumlah uang yang umumnya cryptocurrency seperti Bitcoin, Etherium, dan lain sebagainya.
Kejadian adanya kesalahan pada sistem perbankan ini diungkap oleh Menteri BUMN, Erick Thohir.
"Apa yang dilakukan BSI kemarin itu memang masih dalam transisi perbaikan sistem, namun tentu juga ada serangan, saya juga bukan ahlinya. Serangan itu membuat hingga mereka down hampir satu hari kalau tidak salah," ujar Erick kepada wartawan pada Rabu (10/05/2023).
Punya Gedung Berkonsep Ramah Lingkungan
Pada akhir Mei 2024, BSI memiliki gedung ramah lingkungan yakni, Green Building BSI yang berlokasi di Jalan Teungku Daud Beureuh no 15, Banda Aceh.
Gedung ramah lingkungan ini diresmikan langsung oleh Wapres Kiai Maruf Amin. Gedung milik BSI ini merupakan gedung bank syariah pertama yang mengusung konsep ramah lingkungan dan menjadi landmark BSI Aceh.
Gedung ini juga dilengkapi gerai Desa Binaan dan UMKM BSI.