Suara.com - Kepolisian New York menangkap beberapa demonstran pro-Palestina setelah bentrok di luar Museum Brooklyn, di mana ratusan orang berkumpul pada Jumat sore untuk mengecam Israel atas serangannya selama hampir delapan bulan terhadap Jalur Gaza.
Ratusan demonstran pro-Palestina menyerbu Museum Brooklyn, dan protes dimulai pada sekitar pukul 4 p.m. di Fort Greene, di mana mereka berencana melakukan unjuk rasa di dekat Barclays Center untuk mengecam serangan militer Israel yang masih berlangsung, menurut media setempat.
Museum seni itu mengatakan tempat itu tutup satu jam lebih awal karena gangguan tersebut, termasuk bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa baik di dalam dan di luar gedung.
Pengelola Museum Brooklyn mengatakan mereka tidak menghubungkan kantor polisi, tetapi polisi tiba di tempat kejadian dan bentrok dengan demonstran, dan melakukan penangkapan.
Baca Juga: All Eyes On Rafah! Aksi Solidaritas untuk Palestina di Kedubes Amerika
Sejumlah penangkapan dilakukan, tetapi jumlah pasti orang yang ditahan tidak diketahui, menurut laporan CBS News, mengutip Departemen Kepolisian Kota New York.
Protes itu terjadi pada hari yang sama ketika Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan tawaran Israel berupa usulan gencatan senjata baru, sementara Tel Aviv terus menyerang Rafah, sebuah kota di Gaza selatan, meski mendapat kecaman keras dari masyarakat internasional.
Biden mengatakan bahwa Israel menawarkan kepada kelompok Hamas kesepakatan tiga fase untuk mengakhiri permusuhan di Jalur Gaza yang terkepung dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di daerah kantong pesisir tersebut.
Presiden AS mengimbau Hamas untuk menerima kesepakatan itu dan mendesak PM Benjamin Netanyahu untuk menghindari tekanan dari anggota koalisi pemerintahannya yang menentangnya.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.
Baca Juga: Prancis Buka Peluang Akui Negara Palestina, Jika...
Lebih dari 36.200 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas di Gaza, dengan hampir 81.800 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel tersebut, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih dan obat-obatan.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya mendesak Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum diserang pada 6 Mei. (Sumber: Antara)