Suara.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono bersama Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti menghadiri Bandung Spirit Water Summit yang merupakan rangkaian pertemuan High Level Panel (HLP) 15 dalam World Water Forum (WWF) ke-10, di Bali International Convention Center (BICC), Senin (20/5/2024).
Dalam sambutannya, Menteri Basuki mengungkapkan dua hal yang membuat panel ini relevan, pertama, masih banyak negara berjuang untuk mencapai target SDGs pada 2030 terkait air dan sanitasi namun masih jauh dari sasaran. Kedua, lebih dari 130 negara dan organisasi internasional sedang berkumpul di Bali dengan komitmen yang kuat dalam mencari solusi dan kembali ke jalur yang tepat untuk mewujudkan agenda transformatif menjadi kenyataan.
“Kita memerlukan jalur baru dengan kesadaran yang tinggi untuk menghadapi banyak tantangan. Kita juga memerlukan solidaritas dan kolaborasi antar stakeholder dalam mengarahkan transformasi yang berguna bagi penanganan masalah ini secara bersama-sama," jelas Basuki.
Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Jokowi saat seremoni pembukaan WWF ke-10 sebelumnya, yaitu hindari kompetisi, prioritaskan kesetaraan dan kerja sama inklusif, serta mendukung perdamaian bersama. Ketiga prinsip ini dapat diwujudkan dengan satu kata yaitu "kolaborasi".
Baca Juga: Turis Asing Batal Lihat Air Terjun Bantimurung Setelah Lihat Harga Tiket Masuk
Pemerintah mengusung “Bandung Spirit” sebagai landasan konseptual forum di Bali karena relevansinya dalam mengumpulkan dan memperkuat kemauan politik untuk mempromosikan kolaborasi. Landasan tersebut berakar dari prinsip hidup yang dihasilkan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 dengan maksud terciptanya kemauan untuk saling mengakui, menghormati, dan toleran terhadap keragaman di Kawasan Bandung.
Kementerian PUPR menggunakan forum ini untuk mempromosikan tiga proposal kerja sama Selatan-Selatan sekaligus sebagai tindak lanjut dari Konferensi Air PBB. Pertama membentuk Center of Excellence (CoE) untuk Ketahanan Air dan Iklim, kedua menetapkan Hari Danau Sedunia sebagai resolusi Majelis Umum PBB, serta ketiga mengarusutamakan Integrated Water Resource Management (IWRM) untuk negara-negara kepulauan kecil, terutama kawasan Asia Pasifik dan Afrika di bagian selatan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti turut memaparkan capaian air minum dan sanitasi. “Saat ini, kondisi cakupan layanan air minum layak sebesar 91,72%, dengan akses air minum yang dikelola dengan aman masih rendah yaitu 19,76%. Namun pada 2023, total capaian akses sanitasi dasar mencapai 82,36% dengan 10,21% di antaranya adalah akses sanitasi aman”, kata Diana. Sedangkan upaya untuk mengatasi kesenjangan tersebut dilakukan melalui peningkatan akses sanitasi bagi 4,79% masyarakat untuk mencapai target nasional di tahun 2024, serta memenuhi standar pelayanan minimal bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali.
Selain tantangan di lapangan, terdapat kesenjangan yang besar dalam akses terhadap layanan WASH di seluruh Indonesia. Padahal dengan penyediaan akses sanitasi yang dikelola dengan aman dapat mendukung kelanjutan penyediaan akses air minum yang lebih layak. Sektor sanitasi sendiri memiliki dampak yang sangat besar terhadap pasokan air dan lingkungan. Sebagai contoh, 59% dari 564 sungai di Indonesia tercemar berat dan salah satu sumber pencemarnya adalah air limbah kota yang tidak diolah, dan 40% dari 267 sampel air tanah di Jakarta mengandung >1.000 CFU/100 ml E.Coli.
Salah satu keberhasilan dalam pengelolaan air minum dan sanitasi dapat dilihat dari turunnya tingkat pencemaran air di Sungai Citarum. Program Citarum Harum merupakan program yang dijalankan sejak tahun 2018 dengan menargetkan penurunan tingkat pencemaran di Sungai Citarum melalui peningkatan indeks kualitas air.
Baca Juga: Dukung Keberlanjutan Infrastruktur Sektor Air, PT PII Berperan Aktif di WWF 2024
Dalam rangka mendukung program tersebut, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan penyediaan sistem perpipaan di Jawa Barat guna mempercepat akses air minum melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Saguling, SPAM Sinumbra, dan SPAM Metropolitan Bandung Selatan.
Di sektor sanitasi, Ditjen Cipta Karya, berkomitmen untuk meningkatkan kualitas DAS Citarum Harum khususnya pengelolaan limbah dan persampahan melalui beberapa kegiatan seperti pengelolaan air limbah domestik dan pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) untuk mengelola sampah yang tidak seharusnya dibuang ke sungai. Hal tersebut juga sejalan dengan tujuan 6 pada SDG's yaitu menyediakan air bersih dan sanitasi layak untuk menciptakan masa dengan yang baik bagi generasi mendatang.
“Air dan sanitasi adalah urusan semua orang. Bandung Spirit Water Summit dapat menjadi momentum strategis bagi kita semua untuk meningkatkan implementasi air minum dan sanitasi yang aman”, tutur Diana. Perubahan dan peningkatan penyediaan layanan air minum dan sanitasi perlu dilakukan secara bersama, hal ini demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 dan visi Indonesia Emas di tahun 2045. “Dengan itu saya simpulkan, mari kita bekerja sama dalam semangat kolaborasi dan saling menguntungkan bagi semua. Saya mohon dukungan seluruh stakeholder untuk mewujudkan gagasan yang lahir dari forum ini," tutup Basuki.