Suara.com - Berikut ini adalah profil presiden Iran kedelapan, Ebrahim Raisi.
Kabar duka datang dari negara Iran. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengalami kecelakaan di udara. Satu dari tiga helikopeter yang membawa Presiden Raisi jatuh di Provinsi Azerbaijan Timur pada Minggu 20 Mei 2024 waktu setempat.
Laporan dari kantor berita Iran, IRNA, tim penyelamat darurat telah tiba di lokasi namun operasi penyelamatan sempat terganggu akibat cuara buruk.
Presiden Raisi rencananya akan menghadiri peresmian bendungan di perbatasan bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Baca Juga: Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Ditemukan Hancur di Perbukitan, Tak Ada Tanda-tanda Selamat
Kabar terbaru menyebutkan bahwa tidak ada tanda-tanda penumpang selamat di lokasi helikopter Presiden Raisi jatuh.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bulan Sabit Merah Iran, Pir Hossein Kolivand. Menurutnya, dari informasi tim pencari tidak ditemukan jejak korban selamat.
“Tidak ada jejak korban selamat yang terlihat setelah ditemukannya lokasi jatuhnya helikopter," katanya dikutip dari IRNA.
Sebelumnya, pihak Turki yang ikut membantu pencarian menemukan puing-puing yang diduga berasal dari helikopter Presiden Iran. Drone yang digunakan Turki menemukan sumber panas yang diduga berasal dari helikopter Presiden Raisi
Profil
Baca Juga: Kondisi Terakhir Presiden Iran Dalam Helikopter Sebelum Jatuh
Nama lengkap: Ebrahim Raisol-Sadati
Tempat lahir: Mashhad, Iran
Tanggal lahir: 14 Desember 1960
Istri: Jamileh Alamolhoda
Pendidikan
Sekolah dasar Javadiye
Seminari Islam di Hawza
Sekolah Ayatollah Boroujerdi
Universitas Motahar
Karier politik:
Ketua Ketua Jawatan Pemeriksaan Umum (1994-2004)
Wakil Ketua Hakim Tingkat Satu Iran (2004-2014)
Anggota Majelis Pakar (2007-2016)
Jaksa Agung Iran (2014-2016)
Ketua Hakim Iran (2019-2021)
Presiden Iran ke-8 (2021-sekarang)
Biografi Ebrahim Raisi
Ayatullah Hujjat el-Islam Ebrahim Raisol-Sadati atau lebih dikenal dengan nama Ebrahim Raisi merupakan Presiden Iran ke-8. Ia lahir di distrik Noghan, Mashhad, Iran pada 14 Desember 1960.
Raisi sudah dikenal sang ayah sejak usia 5 tahun. Menilik dari garis leluhur, Raisi merupakan Sayyid Husain ibn Ali (Hussaini) , dan ia terhubung dengan Ali ibn Husayn Zayn al-Abidin Sayyid.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Raisi kemudian melanjutkan pendidikan di Hawza dan sekolah Ayatollah Boroujerdi. Ia jugas sempat tercatat belajar di Universitas Motahar.
Memiliki latar belakang hukum, Raisi memulia kariernya di dunia peradilan pada 1981. Saat itu, ia diangkat menjadi jaksa di wilayah Karaj. Masih di tahun yang sama, Raisi juga diangkat menjadi jaksa untuk wilayah Hamadan.
Menariknya, dua pekerjaan itu dilakoni oleh Raisi meski jarak antar dua kota itu berjauhan. Jarak antara wilayah Karaj ke Hamadan sekitar 300 km.
Empat tahun setelah menjadi jaksa di dua wilayah itu, Raisi kemudian diangkat menjadi wakil jaksa di Teheran. Kinerjnya terus moncer hingga pada 1988 ia ditempatkan khusus di bawah perhatian langsung Ruhollah Musavi Khomeini, pemimpin tertinggi Iran yang pertama.
Perannya di dunia peradilan Iran membuat Raisi disebut-sebut sebagai bagian dari empat orang yang terlibat dalam eksekusi tahanan politik Iran pada 1988. Ketiga orang lainnya lain adalah Morteza Eshraghi (Jaksa Teheran), Hossein-Ali Nayeri (Hakim) dan Mostafa Pourmohammadi.
Pasca wafatnya Khomeini dan terpilihnya Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi yang baru , Raisi diangkat menjadi jaksa Teheran oleh Ketua Hakim yang baru diangkat Mohammad Yazdi.
Tugas ini diembannya selama lima tahun dari tahun 1989 hingga 1994. Nama Raisi terus menyita perhatian publik Iran. Pada Pilpres 2017, Raisi menjadi calon presiden Front Pasukan Revolusi Islam (JAMNA).
Namun ia kalah di Pilpres 2017. Raisi hanya memperoleh 15.786.449 dari 42.382.390 (38,30% suara). Dia kalah dari presiden petahana Hassan Rouhani. Baru pada 2021 ia sukses meraih kemenangan di Pilpres.
Pada Pilpres 2021, Raisi meraih suara pemilih sebanyak 63 persen. Namun, menurut banyak pengamat, pemilihan presiden Iran tahun 2021 dicurangi dan menguntungkan Raisi.
Raisi menikah dengan Jamileh Alamolhoda, putri Imam Sholat Jumat Masyhad, Ahmad Alamolhoda. Pasangan ini dianugrahi dua orang anak perempuan.
Salah satu putri mereka belajar di Universitas Sharif dan yang lainnya di Universitas Teheran.