Suara.com - Kisruh penutupan kafe Foodlah di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih berlanjut. Pemilik lahan dan bangunan enggan memperpanjang kontrak dengan pihak pengelola kafe karena alasan adanya penjualan minuman keras (miras).
Pemilik Foodlah, Vivi merasa usahanya kini berada di ujung tanduk. Ia berharap agar pemilik lahan mau melakukan mediasi agar usahanya berlanjut.
"Kami mau ada mediasi, agar ada jalan tengah," kata Vivi, saat dihubungi awak media, Minggu (19/5/2024) malam.
Vivi tidak menampik jika kafenya menyediakan minuman beralkohol. Namun ia mengaku penjualan dilakukan lantaran telah mengantongi izin.
Baca Juga: Tusuk Ustaz Saidi saat Berwudu, Pria Pembunuh Imam Musala di Kebon Jeruk Masih Berkeliaran
"Terkait izin untuk menjual miras kita sudah minta izin sama Parekraf, termasuk kita tambahkan peredam suara," kata Vivi.
Vivi mengatakan, sejak awal kafenya buka dirinya tidak menjual minuman beralkohol. Namun karena permintaan pasar, maka pihaknya mulai menyediakan minuman beralkohol.
Selain itu, banyak juga pelanggannya yang meminta hiburan live musik, karena tidak mau kehilangan pelanggan maka ia terpaksa menyediakannya.
Namun, ia juga sudah memperhatikan perangkat pendukung lainnya. Seperti menyediakan peredam suara agar suaranya tidak mengganggu tetangga sekitar.
“Peredam juga kita sudah pasang,” ucapnya.
Namun, warga sekitar usaha Vivi merasa masih terganggu dengan kondisi seperti itu. Penjualan miras juga dianggap pemicu seringnya terjadi perkelahian disekitar kafe.
Oleh sebab itu, pemilik lahan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan pihak kafe.
Pemilik lahan kemudian melakukan penutupan dengan menggembok tempat usaha milik Vivi.
Sebagian karyawan yang tinggal di dalam kafe pun terpaksa harus keluar-masuk gerbang yang tergembok untuk mencari udara segar menggunakan tangga alumunium.
“Itu tangga saya, bekas pasang peredam suara kemarin,” katanya.
Vivi juga membantah, karyawannya masih bertahan berada dalam mess meski harus keluar-masuk menggunakan tangga lantaran belum menerima gaji darinya.
“Kalau ijazah memang saya tahan selama masih kerja. Tapi kalau gaji saya bayar, ini belum tanggal 30 jadi memang belum gajian,” ucapnya.
“Selama ditutup begini, uang makan juga masih saya kasih. Mereka bertahan itu karena memang mereka udah nyaman,” tambahnya.
Sementara itu pemilik lahan bernama Asmat mengatakan dalam hal ini pemilik restoran belum melunasi sewa bangunan yang sudah hampir 6 bulan tak kunjung dibayar.
"Itu kebijakan saya (penutupan), karena dia tidak sanggup membayar kontrakan," kata Asmat, Sabtu (18/5).
Asmat juga menambahkan, dirinya tidak mau memperpanjang sewa lantaran Foodlah menjual miras bahkan live musik yang dinilai telah mengganggu warga sekitar.
Asmat juga kecewa karena tempat tersebut telah menjual miras, meski secara tertulis saat menyewa bangunan, tidak ada perjanjian jika dilarang menjual miras.
"Warga keberatan karena musik itu, kemudian karena sudah melampaui batas waktu yang sudah kita berikan," tandasnya.
Diketahui bersama, kafe Foodlah yang terletak di Jalan Raya, Kebon Jeruk, ramai menjadi perbincangan lantaran disatroni pihak kepolisian Kamis (16/5) malam.
Berdasarkan keterangan awal, pihak kepolisian menggeruduk kafe tersebut lantaran penjualan miras.
Namun Lurah Kebin Jeruk, Mawardi mengatakan, datangnya pihak kepolsian ke kafe tersebut akibat permasalahan sewa menyewa bangunan.