Tradisi Lokal Pengelolaan Air di Bali 'Subak' akan Dikenalkan dalam Forum WWF ke-10

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:56 WIB
Tradisi Lokal Pengelolaan Air di Bali 'Subak' akan Dikenalkan dalam Forum WWF ke-10
Sawah berundak di Jatiluwih, Bali menjadi atraksi menarik bagi wisatawan (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tradisi lokal pengelolaan air di Bali bernama Subak dan jalur rempah bakal dikenalkan dalam World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali. Rencananya, akan ada diskusi khusus agar bisa mengenalkan Subak ke kancah internasional.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, diskusi ini digelar di Bali International Convention Center dan Museum Pasifika pada tanggal 21-25 Mei 2024.

Baca Juga:

Jadi Salah Tarian yang Ditampilkan Saat WWF di Bali, Ini Makna Tari Rejang

Baca Juga: Persib Singkirkan Bali United, Bojan Hodak: Kami Layak ke Final

Diskusi bertajuk "Subak and Spice Route" ini akan menunjukkan prinsip-prinsip kesejahteraan bersama dengan menunjukkan bagaimana praktik pengelolaan air berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, mendorong stabilitas ekonomi, kohesi sosial, dan pengayaan budaya.

"Diskusi ini akan mengenalkan sistem Subak di Bali atau sistem pengelolaan air tradisional yang berakar kuat pada filosofi dan budaya masyarakat adat, dan kaitannya erat dengan Jalur Rempah. Hal ini sejalan dengan tema utama WWF yaitu “Air untuk Kemakmuran Bersama," ujar Irini kepada wartawan, Minggu (19/5/2024).

Penampilan grup musik RAN dalam Welcoming Dinner World Water Forum ke-10 2024 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Minggu (19/5/2024). ANTARA FOTO/Media Center World Water Forum 2024/Aprillio Akbar/nym.
Penampilan grup musik RAN dalam Welcoming Dinner World Water Forum ke-10 2024 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Minggu (19/5/2024). ANTARA FOTO/Media Center World Water Forum 2024/Aprillio Akbar/nym.

Selain itu, Dewi berharap forum ini bisa meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, peneliti, dan masyarakat lokal, tentang nilai pengetahuan tradisional Indonesia dalam mengatasi tantangan kontemporer terkait air. Misalnya, mata pencaharian, pelestarian keanekaragaman hayati air, dan pemberdayaan masyarakat.

"Sesi ini juga bertujuan untuk mendorong kolaborasi dan kemitraan antara lembaga pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat lokal untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Subak ke dalam inisiatif pengelolaan air nasional," kata Irini.

Nantinya, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid; Wakil Direktur Jenderal UNESCO, Xing Qu; Pengelola Pura Ulun Danau Batur dan dosen Universitas Udayana, I Ketut Eriadi Ariana akan menjadi pemantik diskusi.

Baca Juga: DPR Bersama IPU Jadi Tuan Rumah Pertemuan Antar Parlemen se-Dunia Mengenai Air

Ia menjelaskan, selama 10 tahun terakhir, dialog antara pengelola air dan ahli warisan budaya telah diselenggarakan.

Pembahasannya meliputi pentingnya warisan material, tata kelola dan spiritual terkait air untuk tantangan pengelolaan air saat ini.

Baca Juga:

Puan Akan Pimpin Pertemuan Parlemen Dunia Dalam Rangka Forum Air

Irini juga mengingatkan pentingnya mendorong kegiatan nasional mengenai air dan warisan budaya antara lembaga pengelolaan air dan warisan budaya, dan mengembangkan agenda tematik untuk penelitian mengenai pentingnya warisan terkait air untuk tantangan pengelolaan air.

"Peserta nanti akan memperoleh wawasan tentang bagaimana pengetahuan tradisional dapat menawarkan solusi efektif untuk mengatasi tantangan global kontemporer," pungkas Irini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI