Suara.com - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Cilegon 2024, dua politisi Golkar, Isro Mi'raj dan Robinsar tampaknya masih berebut restu partai berlambang pohon beringin itu.
Tidak hanya berebut tiket Bakal Calon Wali Kota Cilegon dari partai Golkar, kini Isro Mi'raj dan Robinsar juga tengah berebut rekomendasi Partai NasDem dan Demokrat.
Di tengah perebutan tiket sebagai Bakal Calon Wali Kota Cilegon di beberapa partai itu, dua pengamat politik di Kota Cilegon juga ikut memberi penilaian kepada kedua sosok tersebut.
Pengamat Politik UIN SMH Banten, Syaeful Bahri mengaku mengenal baik sosok Isro Mi'raj sudah lama. Namun, secara pribadi mantan Ketua KPU Cilegon itu mengaku belum begitu mengenal Robinsar.
"Kalau sama Pak isro sejak dari dulu, apalagi kita dulu sebagai penyelanggara (Ketua KPU Cilegon-red), sama-sama orang Ciwandan, sering bertemu jugadi acara-acara informal, acara kemasyarakatan," kata Syaeful Bahri kepada Suara.com, Kamis (16/5/2024).
"Ketika jadi Ketua Dewan juga secara informal (Isro) sering mengajak diskusi saya, sehingga kalau ditanya tentu saya lebih kenal Pak Isro, karena lebih kenal jadi saya lebih tahu," ungkap mantan komisioner KPU Provinsi Banten itu.
Syaeful Bahri mengaku belum pernah berbincang dan bertukar pikiran dengan Robinsar dan jika diminta tanggapan tentang sosoknya tentu referensinya subjektifitas.
"Secara subjektif dan personal saya belum pernah ngobrol, bertukar pikiran dengan kang Robinsar. Secara formal juga saya belum pernah bertemu. Sehingga saya relatif sangat tidak punya referensi untuk Kang Robinsar," ungkapnya.
Kata Syaeful, dari perspektif Robinsar anak muda ia membenarkannya. Meski demikian, Isro juga bukan orang tua dan usianya tidak terpaut jauh dengan Robinsar.
"Kecuali Kang Isro itu orang tua. Nah baru itu harus kita sandingkan bahwa Robinsar kandidat anak muda, Isro kandidat tua, masalahnya Isro dan Robinsar anak muda, gak terlalu jauh usianya," ungkapnya.
Syaeful Bahri kemudian tampak memberikan gambaran kondisi terkini soal kelebihan dan kekurangan Isro maupun Robinsar yang kini tengah bersaing agar mendapat restu Golkar untuk menjadi bakal calon Wali Kota Cilegon.
"Masyarakat tahu mana kelebihan Kang Isro, mana titik kritisnya Kang Isro. Mungkin masyarakat sebagian sudah mengenal Kang Robin, kenapa saya sebut sebagian karena saya yakin tidak semua pemilih selain dapilnya kenal Robinsar, dalam pengertian tidak hanya melihat balihonya gitu loh, itu catatan saya," jelas Syaeful.
Meski masih ada masa kampanye nantinya, Syaeful menyebut rekam jejak sebelumnya menjadi hal penting daripada janji-janji pada masa kampanye.
"Jadi catatan saya kalau dia belum punya rekam jejak menjadi pemiimpin publik di semua level, rekam jejak yang pernah dia buat itu jauh lebih penting daripada janji-janji ketika masa kampanye," ujarnya.
"Artinya rekam jejak prestasi yang membuat memang kita harus meyakini dia mampu repot juga kan. Itulah pentingnya rekam jejak, dalam peraturan KPU makanya wajib mempublish rekam jejak kandidat, mempublikasi curiculum vitaenya untuk menjadi referensi pemilih. Sehingga pemilih tidak hanya dipaksa mempertimbangkan hanya sekedar isi tasnya," terangnya.
"Saya berharap siapapun yang terpilih tidak semata-mata karena faktor finansial, itu catatan kritis saya sebagai warga Cilegon," pungkasnya.
Syaeful Bahri juga menegaskan pernyataannya tentang ketiga calon disampaikan berdasarkan faktor subjektifitas dengan seberapa kenal dirinya dengan ketiga bakal calon Wali Kota Cilegon itu.
"Statment ini tidak bermaksud menginjak yang satu dan mengangkat yang lain enggak," pungkas Syaeful Bahri.
Sementara itu, Pengamat Politik dari The Sultan Center Edi M Abduh juga turut berkomentar soal sosok Isro Mi'raj dan Robinsar yang sama-sama berikhtihar merebut kursi orang nomor satu di Kota Cilegon itu.
"Kang Isro punya pengalaman di anggota Dewan, punya leadership di Dewan, religius," ungkapnya memberi penilaian kepada sosok Ketua DPRD Kota Cilegon itu.
"Budaya lokal sangat akrab dengan beliau artinya familier di masyarakat Cilegon dan santun," imbuh mantan dosen STIE Al-Khairiyah (kini menjadi Universitas Al-Khairiyah alias Unival).
"Kalau mas Robin sama di komunitas di pegiat sepak bola leadershipnya, pengalaman dia karena dia juga pengusaha sama seperti Pak Dede, pengusaha muda yang suskses juga," kata Edi M Abduh.
"Beliau juga sedang banyak berkecimpung di OKP, karena memang dari ketiga calon ini yang paling muda Robinsar, karena memang percaya diri karena dia suara terbanyak yah di Kota Cilegon, kemudian dia berani ikut kontestasi Pilkada Cilegon," paparnya.
Edi M Abduh kembali menyebut kedua sosok pemuda yang berebut restu Golkar dalam Pilkada Cilegon itu merupakan sosok yang religius dan santun.
"Religius semua religius, kesantunan, yang terbaru Robinsar karena belum pernah jadi anggota Dewan hanya pengusaha dan sepak bola di PSSI, kalau Pak Isro dua kali yah (Dua periode), cuma punya cita-cita untuk membangun Cilegon lebih kretif, inovatif dengan pemuda lebih energik," paparnya.
"Cuma pertanyaannya mereka semua bisa enggak merangkul semua elemen yang ada di kota Cilegon yang lebih heterogen dibanding lima tahun lalu. Karena kita lebih heterogen, stylis karena sekarang era digital," pungkas Edi M Abduh.