5 WNI Terjebak di Perusahaan Penipuan Online di Myanmar, Keluarga Korban Minta Pemerintah Lakukan Ini

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Selasa, 14 Mei 2024 | 21:57 WIB
5 WNI Terjebak di Perusahaan Penipuan Online di Myanmar, Keluarga Korban Minta Pemerintah Lakukan Ini
Ilustrasi penyekapan dan penyiksaan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Setelah mendapat kabar, perwakilan keluarga mereka ternyata dipekerjakan di perusahaan, di wilayah perbatasan Thailand-Myanmar yang sedang dilanda konflik bersenjata.

"Baru sesudahnya mereka menyadari bahwa mereka telah ditipu. Tidak seperti yang dijanjikan, mereka dipekerjakan untuk melakukan penipuan di dunia maya. Pekerjaan yang jelas bertentangan dengan hati nurani," kata dia.

"Kami memang orang miskin. Tapi kami tidak diajari untuk menipu, apalagi menipu bangsa sendiri," katanya lagi.

Keluarga dan sanak saudara mereka kemudian terperangkap di negara yang sedang dilanda perang. Pulang keluar rumah tidak bisa, dan terpaksa bertahan, bekerja di perusahaan yang seluruh penjaganya memegang senjata api.

Terkait kominikasi, mereka menggunakan telepon selular, melalui nomor yang digunakan perusahaan itu untuk melancarkan operasi penipuannya.

"Dari komunikasi tersebut kami mendapat sedikit informasi tentang kondisi mereka. Sudah terperangkap di negeri asing, kondisi mereka sangat memilukan," katanya.

Para WNI keluarga mereka di Myanmar disebut diminta terus bekerja hingga melampaui batas; disiksa bila tidak memenuhi target, dipukul dengan kayu, disetrum, disuruh jalan jongkok berkali kali.

Kemudian waktu istirahat/makan dibatasi hanya 30 menit, dan waktu untuk tidur hanya tiga jam sehari. Selebihnya adalah bekerja.

"Sejak mereka meninggalkan rumah, yang kami terus rasakan di sini hanyalah kekuatiran, kecemasan dan amarah. Tak pernah sedikitpun terbayangkan, martabat dan harga diri kami sebagai manusia begitu dilecehkan sampai ke titik nol," katanya.

Baca Juga: Simpanan Sudah Terjamin LPS, BRI Minta Nasabah Tetap Waspada Penipuan Online

Lebih lanjut, pada Maret 2024 pihak keluarga juga disebut dihubungi perusahaan mafia, yang intinya meminta tebusan untuk pembebasan keluarga mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI