Suara.com - Pendakian ke Gunung Slamet di Jawa Tengah terpaksa ditutup karena aktivitas vulkanik yang terus meningkat. Hal ini membuat kegiatan pendakian ke puncak Gunung Slamet harus dibatalkan mengingat statusnya yang berada di level II atau waspada.
Menurut informasi dari akun Twitter @pendakilawas, pihak pengelola Gunung Slamet membatalkan sedikitnya 1.000 pendaki yang berencana naik ke puncak.
Dalam unggahannya pada Senin, 13 Mei 2024, akun tersebut menyampaikan bahwa pendaki yang telah bersiap summit dari Pos 4 Amreta via Guci dan via Bambangan diwajibkan untuk turun karena status Gunung Slamet telah mencapai level waspada.
Penutupan jalur pendakian Gunung Slamet itu dikeluarkan sejak Minggu, 12 Mei 2024 kemarin. Sampai kapan penutupan jalur pendakian Gunung Slamet dilakukan? Sampai saat ini belum ada informasi resmi sampai kapan penutupan akan dilakukan. Satu hal yang pasti, jalur pendakian akan kembali dibuka jika kondisi Gunung Slamet sudah berangsur aman.
Baca Juga: Asyik Masak di Gunung Prau, Dua Pendaki Luka-luka saat Gas Kompor Meledak
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat peningkatan aktivitas gempa selama sebulan terakhir pada Gunung Slamet. Gempa-gempa tersebut didominasi oleh gempa hembusan dan gempa tremor menerus yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di sekitar permukaan gunung.
Gunung Slamet yang memiliki tinggi puncak 3.432 meter di atas permukaan laut ini terletak di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.
Pemantauan visual dan instrumental terhadap Gunung Slamet dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) di Desa Gambuhan, Gajah Nguling, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Data Badan Geologi menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik dalam beberapa periode pengamatan. Gempa hembusan, gempa vulkanik dalam, dan gempa tremor menerus terus mengalami peningkatan, menunjukkan kemungkinan adanya tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu erupsi.
Pada saat ini, potensi ancaman bahaya yang dapat timbul adalah erupsi freatik maupun magmatik yang berpotensi melontarkan material pijar dalam radius 2 kilometer dari puncak. Hujan abu juga dapat terjadi di sekitar kawah dan daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.
Baca Juga: Gunung Slamet di Jateng Alami Peningkatan Aktivitas Gempa Sebulan Terakhir
Pemerintah dan pihak terkait terus memantau situasi Gunung Slamet dengan cermat untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman dan memastikan keselamatan masyarakat serta para pendaki. [Antara]