Suara.com - Kasus dugaan pungli bekedok memarkirkan kendaraan di sekitar Masjid Istiqlal viral di media sosial. Penumpang salah satu bus, dimintai bayaran mencapai Rp150 ribu.
Mengutip Instagram, @romansasopirtruck, Minggu (12/5/2024), tampak sejumlah oknum juru parkir (jukir) sedang berdebat dengan salah satu penumpang bus.
"Saya viralkan ya, ya masa Rp150 (ribu) sih?" tanya penumpang.
"Kalau bapak belum pernah ke sini pasti kaget pak," kata oknum jukir.
Baca Juga:
Selain Makeup, Tas Aaliyah Massaid Kena Cibir Kebanting Geng Idol di Pesta Nikah Mahalini
"Ya masa' Rp150 sih?" balas penumpang lagi.
"Biasanya ada uang kebersihan, kita 150 bersih pak," jelas salah satu oknum lainnya.
"Ya tapi masa Rp150 sih, kenapa enggal 2 juta aja," canda penumpang tersebut sedikit menantang.
Bahkan dalam perdebatan tersebut, oknum jukir dan penumpang saling adu urat soal perda yang mengatur parkir liar. Namun jukir yang enggan menjelaskan hanya menyebutkan bahwa lokasi yang ditempati bus tersebut parkir liar, sehingga merekalah yang bertanggungjawab untuk menjaga dan meminta uang parkir.
Tentu hal itu menjadi pro dan kontra netizen di media sosial. Tak sedikit yang menyayangkan kasus parkir liar dengan tarif di luar nalar masih kerap terjadi.
Di sisi lain ada juga netizen yang mengingatkan untuk memilih parkir yang legal tapi harus berjalan jauh. Bahkan ada juga yang menyangkan karena wisatawan yang berniat berkunjung untuk ibadah di Istiqlal harus merogoh kocek mahal.
"Mau ibadah ke masjid mahal amat om," ujar salah satu netizen.
"Salah juga orang parkir di tempat liar. Pilih aja yang legal malah jelas bayarannya," kata lainnya.
"Tempat ibadah malah kumpulnya para preman. Padahal tempat ibada itu ngisi kotak amal seikhlasnya," ingatkan lainnya.
"Di sekitar masjid, memang banyak pemalak parkir, dan itu amanah," kata lainnya.
Bahkan banyak yang menyematkan akun resmi Polda Metro Jaya dan juga Dishub DKI Jakarta yang memiliki wewenang untuk menertibkannya.
Kasus biaya parkir yang dikelola oleh oknum jukir saat masa liburan panjang di lokasi wisata kerap jadi aji mumpung bagi mereka.
Sedikitnya lahan parkir dimanfaatkan oleh oknum dengan membuka sebagian akses jalan untuk parkir meski hal itu berdampak pada kemacetan di lokasi wisata.
Hal ini tentu menjadi sentilan bagi pihak berwenang untuk menuntaskan dan memberantas oknum tersebut. Mengingat bisa berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke tempat wisata itu sendiri.