Suara.com - Sejak serangan Israel 7 Oktober 2023 hingga kini, sebanyak 85,8 persen sekolah di Jalur Gaza, termasuk hampir 29 persen sekolah yang dikelola PBB, dilaporkan rusak. Informasi itu disiaran pers Institut Pelatihan dan Penelitian PBB (UNITAR).
Gugus Pendidikan bekerja sama dengan UNOSAT (Pusat Satelit PBB), mengeluarkan laporan komprehensif yang merinci dampak konflik yang luar biasa terhadap infrastruktur pendidikan di tengah konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
"85,8 persen sekolah mengalami kerusakan dengan berbagai tingkatan, termasuk serangan langsung, rusak dan kemungkinan rusak,” tulis siaran pers tersebut, dikutip Jumat (3/5/2024).
Institut PBB itu menambahkan bahwa sedikitnya 72,5 persen sekolah di Gaza perlu dilakukan perbaikan total dan hampir 29 persen sekolah yang rusak dikelola PBB di bawah yurisdiksi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat. (UNRWA).
Disebutkan pula bahwa 65,3 persen gedung sekolah yang digunakan pengungsi internal mengalami kerusakan atau dampak langsung.
“Laporan tersebut membeberkan pengungkapan yang menyedihkan bahwa sekolah-sekolah dimanfaatkan untuk tujuan militer oleh Pasukan Keamanan Israel (ISF), termasuk penahanan, pusat interogasi dan basis militer.
Gugus Pendidikan menyerukan aksi mendesak untuk melindungi lembaga pendidikan dan menjunjung tinggi HAM anak-anak untuk mengakses pendidikan yang aman dan berkualitas, yang dijamin hukum internasional,” demikian menurut rilis tersebut.
Pihaknya menambahkan bahwa laporan tersebut “menggarisbawahi perlunya gencatan senjata segera dan solusi berkelanjutan untuk membangun kembali infrastruktur pendidikan di Gaza dan menyelamatkan masa depan anak-anak di sana”.
UNITAR mengatakan mustahil untuk melakukan penilaian lapangan karena “alasan keamanan dan keterbatasan akses yang semakin ketat”.
Diketahui, pada 7 Oktober 2023 kelompok perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel dan menerobos perbatasan serta menyerang lingkungan sipil dan markas militer.
Akibatnya, 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 240 orang lainnya disandera dalam serangan tersebut.
Israel melakukan serangan balasan, memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina tersebut, dengan tujuan melenyapkan petempur Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Hingga kini lebih dari 34.500 orang di Jalur Gaza terbunuh akibat serangan Israel, menurut otoritas setempat.
Sementara itu, 100 lebih sandera diyakini masih ditahan Hamas di Gaza.