Suara.com - Novi Damayanti kini hanya bisa meratapi nasibnya menjalani hidup di balik jeruji penjara. Perbuatannya yang merencanakan pemunuhan terhadap mertuanya sendiri, Mirna (51) harus dibayarnya.
Dalam keterangannya di hadapan petugas Polresta Kendari saat gelar perkara, Novi mengaku bahwa rencana awalnya tidak ingin menghilangkan nyawa sang mertua.
""Rencana sebenarnya, pak bukan membunuh. Makanya, sempat ada rencana mau santet dia (mertua), pak. Supaya suamiku, dia pulang, dia tidak terlalu dengar mamanya," katanya seperti dikutip Telisik.id-jaringan Suara.com.
Ia mengemukakan, keinginan mencelakai mertua datang setelah curhat dengan seorang tetangga, bernama Firman. Saat itu, ia mendengarkan kata-kata Firman untuk membalas sakit hatinya.
Baca Juga: Sakit Hati Tak Pernah Dianggap Jadi Keluarga, Menantu Tega Bunuh Mertuanya Sendiri
Saat Novi meminta agar dicarikan dukun untuk menyantet sang mertua, Firman mengatakan sudah melakukan instruksinya. Namun kenyataannya, Firman tidak melakukan keinginannya tersebut.
"Katanya dia (Firman) sudah tanam (santet), (ternyata) dia hanya akali saja saya (Firman tidak cari dukun)," ujarnya.
Sementara itu, Kapolresta Kendari Kombes Aris Tri Yunarko mengatakan, kasus pembunuhan dengan korban Mirna tersebut, terbongkar karena adanya laporan pembegalan yang dilaporkan Novi.
"Awal mula peristiwa ini dilaporkan terjadi pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan M 50 tahun dan korban lain ND yang merupakan menantu dari korban,” ujarnya.
Namu, Aris mengaku bila pihaknya mulai curiga karena Novi memberikan keterangan berbeli-belit dan tidak jelas.
Baca Juga: Kasus Pembunuhan Tukang Kebun Gegerkan Bandung Barat, Motif Uang Kerja Tak Dibayar Jadi Pemicu
"Setelah penyelidikan kita mendapatkan fakta-fakta di lapangan kita mendapatkan kejanggalan, karena berdasarkan hasil penyelidikan tidak ada seperti yang disampaikan oleh ND," katanya.
Kronologis
Aris kemudian membeberkan kronologis terbongkarnya kasus pembunuhan berkedok pembegalan tersebut.
Ia mengemukakkan, sebelum melancarkan aksi pembunuhan tersebut, Novi bertemu dengan Firman di depan ATM kawasan Anduonohu.
Usai bertemu, Novi mengajak Firman makan bakso di Rumah Makan Gajah Mungkur untuk merencanakan aksi pembunuhan.
Setelah makan, Novi melanjutkan perjalanan ke Sampara untuk mengajak Mirna berbelanja di Indogrosir Kendari.
Namun suaminya tidak diajak karena Novi beralasan tidak memiliki cukup uang menraktir banyak orang. Novi beralasan, bila suaminya ikut, maka saudara-saudaranya akan ikut juga.
Mirna sendiri sempat meminta belanja bawang di Pasar Anduonohu. Usai belanja, Novi mengarahkan kendaraannya ke Bundaran Citraland dan putar balik ke jalan Madusila.
Kendaraan yang dikemudikan Novi itu sempat memutar lagi sekali hingga akhirnya parkir di dekat Kantor DPRD Kota Kendari.
Saat itu, Firman yang sudah menunggu di lokasi masuk ke dalam mobil Novi. Mirna sempat menanyakan pemuda yang masuk ke mobilnya tersebut.
Novi menjelaskan bahwa Firman yang duduk di bangku belakang merupakan sepupunya. Tanpa pembicaraang panjang, dalam perjalanan, Firman langsung mengeksekusi dengan membelit tubuh Mirna dari belakang menggunakan tali yang telah dipersiapkan.
Tak hanya itu, Firman menikam Mirna berulang menggunakan pisau hingga 10 kali ke arah korban.
Agar terkesan seperti pembegalan, perhiasan, ponsel, dan uang milik Novi diserahkan kepada Firman. Setelah menurunkan Firman di jalan, Novi sempat melanjutkan perjalanan hingga beberapa menit.
Kemudian, ia menghentikan kendaraannya untuk meminta tolong kepada pengendara yang lewat dengan mengaku sebagai korban pembegalan. Setelah mengantar Mirna ke rumah sakit, Novi melaporkan dirinya sebagai korban pembegalan ke Polsek Poasia.