Suara.com - Budaya meledakkan petasan atau mercon kertas sepanjang Ramadan hingga menjelang lebaran memang terus menjadi keunikan di Indonesia. Namun apa jadinya ketika meledakkan mercon di tempat peristirahatan manusia yang sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa yaitu kuburan.
Baru-baru ini peristiwa tersebut terjadi di salah satu Desa Ngablak yang ada di Magelang, Jawa Tengah. Warga yang tengah merayakan lebaran di hari pertama pada 10 April 2024, sebagian pemuda justru memilih meledakkan petasan kertas di kuburan.
"Dari dusun Babrik, Ngablak, Magelang, pas lebaran hari pertama. Menurut kalian gimana?" tulis caption video tersebut dikutip Rabu (17/4/2024).
Sontak unggahan itu mendapat ratusan tanggapan dari netizen. Banyak yang mengingatkan namun ada juga yang menghujat pemuda yang memilih meledakkan petasan di tempat yang tenang.
Baca Juga:
Kekayaan Pendeta Gilbert Lumoindong yang Ledek Zakat Umat Islam, Pendapatan 30 Kali UMR Jakarta?
"Kuburan sudah bagus, bersih malah nyampah," ujar salah satu netizen.
"Enggak ada etikanya," kritik salah satu netizen
"Adab itu didahulukan dibanding ilmu. Ini ketahuan dua-duanya enggak ada," sindir salah satu netizen.
"Bahkan orang yang sudah tenang di alam kuburpun diganggu," kecam lainnya.
Sebagai tempat yang sakral dan peristirahatan terakhir, memang kuburan dianggap menjadi tempat yang sunyi. Tak ada salahnya untuk menjaga ketenangan meski kuburan memang tak dihuni oleh manusia.
Di sisi lain, besar kemungkinan pemuda yang meledakkan petasan hanya mencari sensasi. Meski tak ada larangan untuk membuat kegiatan di kuburan, sebagai manusia seharusnya mengetahui ilmu dasar sosial tersebut.
Memang budaya petasan kertas nyaris ditemui di sejumlah wilayah Jawa Tengah bahkan di Yogyakarta sekalipun. Meski menjadi budaya seharusnya masyarakat bisa lebih peduli dengan lingkungan dan sosial masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.