Suara.com - Perang antara Iran dan Israel membuat polarisasi mulai terlihat di sejumlah negara Timur tengah. Beberapa negara disebut telah memberikan informasi intelijen terkait serangan Iran ke Israel.
Hal inilah yang membuat Israel waspada dan dan mempersiapkan pertahanan untuk menghancurkan rudal dari Iran.
Dalam laporan Wall Street Journal (WSJ), terdapat 7 negara Teluk yang turut berbagi informasi ke Amerika Serikat (AS) terkait serangan ini, termasuk di antaranya adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab UEA.
"Beberapa negara Teluk memberikan informasi penting yang merupakan kunci keberhasilan langkah-langkah pertahanan udara yang hampir seluruhnya menggagalkan serangan besar-besaran tersebut," kata pejabat Saudi, AS, dan Mesir, kepada WSJ yang dilaporkan juga oleh Times of Israel, Selasa (16/4/2024).
Baca Juga: Belum Selesai Dihujat Buka Hijab, Camillia Azzahra Disorot Setelah Unggah Foto Produk Pro Israel
Kerja sama ini disebut dipelopori AS yang telah lama berusaha membentuk kemitraan militer.
"Kerja sama ini dipelopori oleh AS, yang selama bertahun-tahun berupaya membentuk kemitraan militer informal untuk melawan ancaman dari Iran," tulis laporan tersebut.
Seperti diketahui pada Sabtu dan Minggu pekan lalu, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan jelajah bersama ratusan drone ke Israel.
Sedangkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang didukung oleh AS dan sekutu lainnya, dapat memastikan bahwa sekitar 99% ancaman yang masuk telah berhasil diredam.
Serangan ini terjadi setelah Teheran bersumpah untuk membalas dendam tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam, termasuk dua jenderal, yang tewas dalam dugaan serangan udara Israel terhadap konsulatnya di Damaskus 1 April lalu.
Baca Juga: Harga BBM Tidak Naik Sampai Juni, Meski Ada Perang Iran - Israel
Laporan inilah yang mengungkap ruang lingkup kegiatan bersama yang mencakup negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
"Peran penuh yang dimainkan oleh Arab Saudi dan pemerintahan penting Arab lainnya masih dirahasiakan," tulis laporan tersebut.
"Setelah serangan tanggal 1 April dan ancaman balasan dari Iran, para pejabat AS mulai mendesak pemerintah negara-negara Arab untuk memberikan informasi intelijen mengenai rencana balas dendam Iran dan meminta bantuan untuk mencegah serangan tersebut," timpal para pejabat Saudi dan Mesir kepada WSJ.
Disebut pula bahwa awalnya negara Arab khawatir bila membantu Israel akan terlibat konflik juga dengan Iran dan mendapat balasan.
Selain itu, beberapa pihak merasa khawatir karena dianggap membantu Israel di tengah perang melawan Hamas di Jalur Gaza
"Namun, pada akhirnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab setuju untuk menyampaikan informasi secara pribadi, sementara Yordania setuju untuk membiarkan AS dan pesawat tempur negara lain menggunakan wilayah udaranya. Yordania juga mengatakan akan menggunakan jetnya sendiri untuk mencegat rudal dan drone." Lanjut laporan tersebut.
Adapun menurut laporan itu, dua hari sebelum serangan, para pejabat Iran memberi tahu Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya tentang rencana terhadap Israel.
Hal ini guna memberi waktu agar negara-negara tersebut dapat mengamankan wilayah udara mereka sendiri.
"Tantangannya adalah untuk menyatukan semua negara tersebut dengan Israel meskipun negara tersebut terisolasi secara regional. Itu adalah masalah diplomatik." lengkapnya.