Suara.com - Sebentar lagi umat Islam di dunia termasuk Indonesia akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Salah satu ibadah di hari lebaran adalah salat Id.
Jamak diketahui, salat Id bisa dilakukan di dalam masjid atau di tanah lapang. Ternyata umat Islam Indonesia baru melaksanakan salat Id di tanah lapang pada tahun 1926.
Adalah ormas Islam Muhammadiyah yang pertama kali mempelopori salat Id di tanah lapang. Dikutip dari website Muhammadiyah.or.id, salat Id di lapangan untuk pertama kali terjadi di alun-alun utara Keraton Yogyakarta.
Baca Juga:
Baca Juga: Lahir di Keluarga Muslim, Cerita Rieke Diah Pitaloka Baru Mantap Beragama Islam di Usia 23 Tahun
Tak Ikut Pemerintah, Jemaah Aolia Salat Id Lebih Awal Tadi Pagi
Sebenarnya pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, sudah berusaha memberi pemahaman agar salat Id digelar di lapangan mencontoh Rasulullah SAW.
Namun ketika itu belum terlaksana karena umat Islam Indonesia mayoritas bermahzab Syafii. Dalam mahzab Syafii, salat Id lebih utama dilakukan di dalam masjid sebab keutamaan masjid sebagai tempat ibadah.
Lalu pada tahun 1926, Muhammadiyah mendapat kritikan dari seorang tamu dari negeri India pada masa kepemimpinan Kiai Ibrahim antara tahun 1923-1933.
Tamu dari negeri India itu memprotes mengapa Muhammadiyah melaksanakan Salat Idul Fitri bertempat di dalam Masjid Keraton Yogyakarta.
Baca Juga: 7 Fakta Jemaah Aolia Gunungkidul Gelar Salat Idul Fitri Hari Ini, Kok Bisa?
Menurut tamu itu, Muhammadiyah yang telah memposisikan diri sebagai gerakan Tajdid (pencerahan) seharusnya melaksanakan Salat Idul Fitri dan Idul Adha di tanah lapang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini kemudian dibahas dalam Kongre ke-15 Muhammadiyah di Surabaya, Jawa Timur. Hasil kongres memutuskan kader Muhammadiyah menggelar salat Id di tanah lapang.