Suara.com - Cara mendekati Alquran adalah mempelajari yakni dengan membacanya dan memahami kandungannya. Membaca Alquran bernilai ibadah, terutama saat Bulan Suci Ramadan.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha berharap umat Islam memperbanyak membaca Alquran meski tidak memahami maknanya.
"Saya paling sangat ingin, di Ramadan ini banyak membaca Alquran. Baik membaca secara qiraatan saja atau lebih," katanya dikutip dari laman nu.or.id, Senin (1/4/2024).
Gus Baha menyampaikan jika membaca Alquran tidak harus menunggu paham arti dan tafsirnya, karena dari huruf ke huruf sudah bernilai ibadah meski yang membacanya itu tidak paham arti dan maknanya.
Menurutnya, saat seseorang membaca Alquran meski tidak paham maknanya adalah sesuatu yang baik. Efek dari kesibukan dengan membaca Alquran itu pasti tidak melakukan maksiat.
"Saya beri contoh, meskipun membaca saja dan tidak paham artinya, itu tetap baik. Ada orang yang semalaman itu duduk bersama keluarga, ngobrol ringan tentang masa lalu, cerita lucunya atau lucunya anak. Pada malam itu ditulis oleh malaikat bahwa keluarga ini tidak maksiat, tidak dugem, tidak narkoba, dan tidak ke tempat maksiat," ungkap Gus Baha.
Lebih lanjut, ia menyatakan, keberkahan dari seorang Muslim atau Muslimah menyibukkan diri bercengkrama bersama keluarga, asyik, guyon dengan teman dan tetangga adalah tidak melakukan maksiat dan tidak macam-macam. Apalagi jika saat itu membaca Alquran.
Pernyataan ini disampaikan Gus Baha sesuai dengan kajian ilmu ushul fiqih yang dipelajarinya dari almaghfurlah KH Maimoen Zubair.
Dia menegaskan bahwa di antara kebaikan agama IsIam adalah meninggalkan kemungkaran. Meninggalkan itu adalah pekerjaan yang tidak butuh modal.
Gus Baha menjelaskan, apabila seseorang ingin mendapat pahala salat, maka harus salat. Kalau ingin mendapat pahala haji, maka harus haji.
Namun, ada kebaikan yang tidak perlu modal yaitu meninggalkan kemungkaran. Caranya cukup meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah.