Suara.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly Asshiddiqie membeberkan data perbandingan antara Pemilu 2019 dengan 2024.
Pemaparan data oleh Jimly ini tampaknya ingin memberikan gambaran mengenai kondisi Pemilu 2024 yang dinilai sejumlah kalangan adalah pemilu terburuk sepanjang sejarah.
Kalangan yang menyebut Pemilu 2024 adalah pemilu terburuk memang sebagian besar berasal dari para pendukung paslon capres dan cawapres yang kalah.
Nah untuk melihat benar tidaknya, Pemilu 2024 adalah yang terburuk, Jimly Asshiddiqie memberikan perbandingan data dengan Pemilu 2019.
Menurut dia, jumlah perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PKPU) yang masuk di MK pada Pemilu 2024 sebanyak 278 perkara.
Jumlah ini kata Jimly lebih sedikit dibanding pada Pemilu 2019 yang jumlah perkara PKPU di MK mencapai 340 perkara.
Lalu Jimly membandingkan mengenai jumlah petugas Pemilu yang meninggal. Pada tahun 2024 ini Jimly menyebut ada 94 petugas pemilu meninggal.
Angka ini menurutnya, jauh lebih sedikit dari 2019 di mana sebanyak 894 orang petuga pemilu yang meninggal dunia.
Faktor lain yang jadi perbandingan Jimly untuk menilai apakah pemilu 2024 pemilu terburuk adalah mengenai keterlibatan presiden petahana dalam hal ini Jokowi dalam kampanye.
Baca Juga: Jimly Asshiddiqie Dirujak Gegara Bandingkan Pemilu 2024 Vs 2019: Lebih Buruk Mana?
"Jokowi sebagai petahana juga aktif kampanye di 2019, sedangkan di 2024 ia tidak kmpanye. Apa tidak berarti pemilu 2019 lebih buruk?" ujar Jimly lewat cuitan di X.
Kicauan Jimly Asshiddiqie ini tentu mengundang reaksi pro kontra di kalangan warganet. Ada yang tidak setuju ketika Jokowi disebut tidak ikut kampanye di Pemilu 2024 ini.
"Kurang update ni prof. Jokowi itu kampanye lewat bansos bahkan dia sendiri yg melakukanya. Pelanggaran terberat adalah pencalonan Gibran yg menabrak aturan dan berkolaborasi dg paman, ayah serta gerombolan Partai Koalisi Indonesia Maju," ujar seorang netizen.