Suara.com - Banjir besar yang melanda area Demak tampaknya masih akan bertahan cukup lama. Setelah beberapa hari terakhir hujan terus turun, debit air di area tersebut masih terbilang besar. Sekilas tentang 3 fakta banjir Demak bisa Anda cermati di sini.
Banjir ini tidak hanya mengakibatkan kelumpuhan di area Demak saja, namun juga meluas hingga wilayah Kudus. Jelas, efek nyata bisa dirasakan di jalur Pantura, dan membuat banyak kegiatan terhambat dan memicu banyak kerugian masyarakat.
1. Jalur Demak-Kudus Lumpuh
Demak dan Kudus masuk dalam rangkaian jalur Pantura yang banyak digunakan oleh masyarakat. Praktis karena banjir ini jalur tersebut lumpuh. Penyebab utamanya adalah tanggul kiri Sungai Wulan jebol karena debit air terlalu tinggi.
Baca Juga: Sejumlah Batu Nisan Makam Tionghoa Dijadikan Penutup Selokan di Semarang, Kok Bisa?
Pihak kepolisian kemudian telah mencoba rekayasa arus lalu lintas dengan mengalihkan arus yang berasal dari Semarang ke Purwodadi untuk mengurangi kepadatan yang muncul.
2. Banjir Demak Paling Parah Sejak 32 Tahun Terakhir
Banjir yang terjadi tahun ini menjadi yang paling parah, setidaknya selama 32 tahun terakhir. Banjir serupa terakhir kali terjadi pada tahun 1992 lalu, yang juga membawa dampak besar bagi masyarakat dan perekonomian Demak.
Yang menjadi tolak ukur masyarakat adalah bahwa air sudah mencapai Alun-Alun Demak. Ketinggian ini dinyatakan terakhir kali terjadi pada tahun 1992 tersebut.
3. Ribuan Warga Mengungsi
Baca Juga: Heru Budi Akui Jakarta Belum Bebas Banjir, Ini Penyebabnya
Dilaporkan bahwa banjir juga membuat ribuan orang mengungsi. BPBD Kabupaten Kudus mencatat sebanyak lebih dari 32,000 warga dari 29 desa merasakan dampak banjir, dan lebih dari 1,600 diantaranya memutuskan untuk mengungsi.
Pengungsi kemudian menyebar di 17 lokasi pengungsian yang ada di Kudus.
4. Mulai Surut
Dinyatakan oleh Pj Gubernur Jawa Tengah bahwa sebagian kabupaten dan kota di daerahnya yang mengalami banjir mulai surut. Meski demikian beberapa titik masih memiliki intensitas banjir tinggi, dan memerlukan penanganan lebih lanjut.
Kudus, Jepara, dan Demak, masih menjadi area yang termasuk dalam banjir intensitas tinggi.
5. Mitos Kembalinya Selat Muria
Menurut sejarah dan legenda, sebenarnya dahulu ada Selat Muria yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria. Selat ini menjadi area perdagangan yang ramai dan menjadikan area Demak, Jepara, Pati, dan Juwana sebagai kota perdagangan yang besar.
Di tahun 1657 kemudian endapan sungai yang bermuara di selat ini terbawa ke laut, sehingga Selat Muria semakin dangkal dan menghilang. Alhasil, Pulau Muria dan Pulau Jawa Menyatu. Banyak orang yang mengatakan bahwa banjir ini akan mengembalikan Selat Muria yang telah lama hilang meski hal ini belum terbukti secara penelitian.
Kontributor : I Made Rendika Ardian