Suara.com - Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), menjadi trending di media sosial setelah banyak konten kreator membahas soal kehidupan yang menarik di sana. Kata 'Kenapa Bandung' seketika menjadi viral dan trending di media sosial, termasuk di platform media sosial TikTok dan X.
Penulis dan musisi Fiersa Besari ikut bersuara mengenai 'Kenapa Bandung' yang sedang ramai dibicarakan. Menurutnya, kehidupan di Bandung serasa melambat, tidak hiruk pikuk seperti daerah lain.
"Kenapa Bandung? Karena slow living. Alias slow banget arus lalu lintasnya. Apalagi di perempatan Samsat," cuitnya seperti dilihat dari akun X miliknya, Sabtu (16/4/2024).
Warganet pun ikut menyambut cuitan dari Fiersa Besari yang memberikan jawaban Kenapa Bandung.
"Di Bandung, waktu berjalan merambat," tulis warganet.
"Saking slow nya, saya syok bang ketika baru lampu hijau gak berisik tantintantin," kata warganet lainnya.
"Aduh di ingetin lagi dengan kenangan," jelas netizen.
Asal nama Kota Bandung berasal dari kata "bendung". Kota ini terletak di sekitar sungai Citarum. Nama Kota Bandung mungkin berasal dari penggunaan kata "bendung" yang berarti menghentikan atau mengatur air.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat Nga-Bandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda.
Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati.
Sinonim dari banda adalah harta. Indung berarti Ibu atau Bumi, disebut juga sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda berada.
Bandung, sekarang kota terbesar di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan menjadi pusat fashion anak muda ini, berdiri sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi.
Bandung mulai menjadi kota sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, yang mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pendirian dan peresmian Kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung pengganti Krapyak.
Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung. Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau.