Suara.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menanggapi kritikan tajam pengamat politk yang juga pendukung paslon 01 Anies-Muhaimin, Faizal Assegaf.
Faizal menuding Muhammadiyah hanyalah benalu kepentingan kekuasaan yang semena-mena. Karena itu menurut dia, Muhammadiyah tak layak dijadikan rujukan agama maupun intelektual.
Haedar Nashir mempersilakan setiap orang yang mau mengkritik Muhammadiyah. Jika kritikan itu objektif, kata Haedar, dapat menjadi energi dan gizi bagi perbaikan dan kemajuan organisasi.
Baca Juga:
Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Hari Ini Semarang 2024 Versi Kemenag dan Muhammadiyah
Gus Iqdam Banjir Hujatan karena Bilang Palestina Aman dan Damai
Momen Sedih Pendukung Anies Baswedan Pamit dari Media Sosial, Netizen Ikut Mewek
Tapi Haedar mengingatkan kader Muhammadiyah untuk tetap kritis dalam menghadapi kritik dari pihak manapun.
"Jangan asal posting serta dengan mudah menyetujui dan menyebarluaskan kritik itu tanpa sikap kritis dan pembelaan. Apalagi kritik tersebut sejatinya provokasi dan mengandung muatan kepentingan subjektif tertentu yang jauh dari objektivitas," ujar Haedar dikutip dari akun X Muhammadiyah.
Menurut Haedar, marwah dan muruah Muhammadiyah harus dijaga dan dibela dengan pengkhidmatan tinggi, tulus cendekia, dan tidak terpengaruh partisan politik.
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan Jogja Rabu 13 Maret 2024, Resmi Kemenag dan Muhammadiyah
Sebelumnya Pengamat Politik Faizal Assegaf menyerang ormas Muhammadiyah. Ia tidak sependapat klaim ormas Muhammadiyah terbesar, penjaga NKRI dan mandiri.
Menurut Faizal Assegaf, klaim Muhammadiyah sebagai ormas terbesar penjaga NKRI dan mandiri adalah bentuk penipuan publik.
"Klaim ormas Muhammadiyah terbesar, penjaga NKRI dan mandiri adalah penipuan publik. Stigma konyol itu harus dibuang ke tempat sampah," tulisnya di akun X.
Menurut Faizal, maju mundurnya Muhammadiyah harus dikonfirmasi pada realitas negara dan rakyat bukan kemajuan kelompok. Sebab kata dia, hal itu yang justru membiarkan negara dan rakyat berada dalam kendali oligarki secara tidak adil.
"Ketika rakyat dicurangi dalam bernegara, hidup rakyat makin tertindas, ngantre beras, dibebani utang, sumber kekayaan alam dirampok dll. Adalah fakta ormas-ormas yang ngaku mandiri hanyalah bualan," tuturnya.
Lebih dari dua dekade reformasi, Faizal mengatakan, Muhammadiyah makin bergerak mundur, jadi benalu kepentingan kekuasaan yang semena-mena.
Hal itu esensinya menurut dia, menegaskan ormas tersebut telah bersekutu dengan kezaliman sehingga tidak layak dirujuk secara agama dan intelektual.
"Silakan buka forum, kita bedah tuntas kebodohan elite Muhammadiyah dalam partisipasi bernegara. Banyak fakta dan data yang akan saya buka ke publik...!" tuturnya.