Diduga Dipaksa Orang Tua, Psikolog Forensik: Dua Anak Lompat dari Lantai 22 Apartemen Teluk Intan Korban Pembunuhan

Senin, 11 Maret 2024 | 16:44 WIB
Diduga Dipaksa Orang Tua, Psikolog Forensik: Dua Anak Lompat dari Lantai 22 Apartemen Teluk Intan Korban Pembunuhan
Lokasi kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menduga JWA (13) dan JL(16) dua anak yang tewas usai melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara karena dipaksa kedua orang tuanya EA (51) dan AIL (52).

Reza menilai selain kasus bunuh diri, peristiwa ini juga patut diduga sebagai kasus pembunuhan.

"Saya melihat boleh jadi ada tanda-tanda bahwa ini di samping merupakan kasus bunuh diri juga merupakan maaf kasus pembunuhan," kata Reza kepada Suara.com, Senin (11/3/2024).

Oleh karena itu, Reza menyatakan tidak sepakat jika peristiwa ini disebut sebagai kasus bunuh diri satu keluarga. Sebab terdapat dua orang anak-anak yang masih berusia di bawah umur.

Baca Juga: Misteri Kasus Satu Keluarga Bunuh Diri dari Lantai 22 Apartemen, Tetangga Ungkap Hal Ini

Anak-anak, kata Reza, tidak boleh dipandang sebagai manusia yang memiliki konsensual atau kemauan atau kehendak untuk mengambil langkah yang sedemikian fatal untuk menghilangkan nyawanya sendiri.

"Kedua anak itu harus diposisikan sebagai korban, yaitu pihak yang dipaksa oleh pihak lain untuk melakukan aksi tersebut," jelasnya.

Dugaan ada unsur paksaan terhadap kedua anak korban tersebut, lanjut Reza, diperkuat dengan bukti ditemukannya tali yang terikat pada tangan keempat jenazah.

"Satu atau dua orang dewasa yang ada dalam kasus ini menurut saya tepat kita membangun dugaan mereka memang sudah memiliki perencanaan untuk menghabisi nyawa mereka sendiri. Berarti mereka bisa disebut sebagai pelaku bunuh diri, bahkan sebagaimana asumsi yang saya bangun tadi pada saat yang sama salah satu atau bahkan mungkin keduanya patut disebut pelaku pembunuhan, yaitu pelaku pembunuhan terhadap anak-anak mereka sendiri," tuturnya.

Reza menyebut anak-anak memang merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami victimisasi sebagaimana yang terjadi dalam kasus ini.

Baca Juga: Gerak-gerik Mencurigakan Sekeluarga Sebelum Loncat Di Apartemen Teluk Intan, Ayah Beri Ciuman Terakhir

"Mereka memiliki kelemahan secara fisik dalam pengertian tampaknya mereka sulit untuk melakukan perlawanan frontal terhadap orang dewasa, terhadap orang tua mereka. Demikian pula mereka memiliki kelemahan secara psikologis, yaitu mereka relatif mudah untuk diintimidasi, mudah untuk dipersuasi, mudah untuk apapun namanya ketika daya kendali psikologis anak-anak itu dirampas oleh pihak lain," katanya.

Tangan Terikat

Sebelumnya polisi membeberkan fakta baru di balik peristiwa satu keluarga tewas usai melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan. Terungkap, sebelum melompat salah satu korban inisial EA sempat mencium kening istri dan dua anaknya.

Kapolsek Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya mengatakan hal ini berdasar hasil rekaman kamera pengawas atau CCTV di lift apartemen. Dalam rekaman video tersebut terlihat EA selaku kepala keluarga mencium kening istrinya AIL serta dua anaknya JWA dan JL.

"Pukul 16.04 WIB para korban ini masuk dalam lift terekam (CCTV) EA mencium-cium kening dari ketiga orang lainnya," kata Agus kepada wartawan, Minggu (10/3).

Dalam rekaman video tersebut, lanjut Agus, terlihat juga korban AIL mengumpulkan seluruh handphone atau HP milik korban.

"Setelah dicium-cium keningnya (oleh korban EA), AIL (istri) terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas," jelas Agus.

Selain menemukan bukti rekaman CCTV sebelum kejadian, polisi juga menemukan bukti berupa tali yang terikat pada lengan keempat jenazah.

Agus menyebut keempat korban sudah dua tahun tidak tinggal di unit apartemen tersebut. Mereka baru terlihat datang kembali pada Sabtu (9/3) kemarin untuk melakukan aksi bunuh diri.

"Korban ini sudah lama tidak menempati salah satu tempat tinggalnya yang ada di apartemen ini, sudah 2 tahun. Baru hari ini kembali lagi ke apartemen untuk melakukan kegiatan seperti ini," ungkapnya.

Kekinian, penyidik masih mendalam motif keluarga ini melakukan aksi tersebut. Pendalaman dilakukan dengan memeriksa orang terdekat korban.

"Kita akan coba hubungi orang terdekat dari korban untuk menelusuri motif kejadian ini," pungkas Agus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI