Boikot Starbucks di Timur Tengah Berakibat Fatal, 2.000 Karyawan Diberhentikan

Eliza Gusmeri Suara.Com
Kamis, 07 Maret 2024 | 12:55 WIB
Boikot Starbucks di Timur Tengah Berakibat Fatal, 2.000 Karyawan Diberhentikan
Ilustrasi Starbucks Foto oleh Dom J via Pexel
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - AlShaya Group, pemilik franchise Starbucks di Timur Tengah, mengumumkan keputusan pahit untuk memberhentikan lebih dari 2.000 karyawannya. Pemutusan hubungan kerja ini dipicu oleh boikot konsumen terhadap Starbucks akibat genosida Israel di Palestina.

Menurut sumber anonim yang dikutip Reuters, pemecatan mulai dilakukan pada hari Minggu dan mencakup sekitar 4% dari total 50.000 tenaga kerja AlShaya. Mayoritas karyawan yang terkena dampak bekerja di gerai Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

“Kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir memaksa kami untuk mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di toko Starbucks MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) kami,” ungkap AlShaya dalam pernyataannya, dikutip 7 Maret 2024.

Sebelumnya, pada 30 Januari 2024, Starbucks di Timur Tengah mengakui bahwa perang Israel-Hamas telah merugikan bisnisnya, mengakibatkan kegagalan dalam mencapai target kuartal pertama.

Baca juga:

Penasaran Menjadi Driver? 'Ojol The Game' Makin Melejit: Lebih dari 10 Juta Orang Men-download

Telur Ikan Buntal Berujung Maut, Ibu dan Dua Balitanya Tewas Keracunan di Maluku

Kampanye boikot terhadap produk Barat, termasuk Starbucks dan McDonald’s, marak terjadi sebagai respons atas serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023. Starbucks sendiri telah menegaskan pada Oktober lalu bahwa mereka tidak mendukung aksi Israel.

Keputusan AlShaya untuk memberhentikan 2.000 karyawannya merupakan dampak serius dari boikot konsumen terhadap Starbucks di Timur Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen politik dan moral dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan bagi perusahaan multinasional.

Dixie
sepertinya salah dah penilaian media ini.. jika dikatakan dampak serius bagi perusahaan, pegawai 50k dipecat 2k, DAN pegawai yg dipecat dari 2 wilayah, bisa diartikan Tidak berpengaruh pada tempat lainnya, yg justru BERDAMPAK itu pada karyawannya, DISINI bukti bahwa KARYAWAN yang paling berat terima dampaknya, PHK, ditengah kondisi ekonomi dunia lagi berantakan spt ini ..... kalo perusahaan diyakini tdk terlalu kena dampak.. kecil sekali yg dipecat
1 komentar disini >

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI