"Tapi ini agak terlalu cepat ya memunculkan nama Kaesang jadi calon Bupati Sleman," ujar Zully Qodir.
Terlebih ada nama petahana Kustini Sri Purnomo yang tidak dipungkiri masih memiliki kharisma kuat.
Nama Kustini yang kini masih menjabat Bupati Sleman itu tentu lebih populer daripada Kaesang. Zully Qodir menduga memunculkan nama Kaesang dalam Pilkada di Slemam ini jangan-jangan hanya test on the water atau cek ombak bagaimana respon warga Sleman terhadap nama-nama yang dimunculkan, salah satu Kaesang Pengarep.
Dilihat dari sisi nilai tawar atau nilai jual, nama Kaesang memang belum begitu kuat. kecuali Kaesang adalah anaknya presiden Jokowi. Tetapi semua orang tahu bahwa Jokowi tahun depan tidak lagi menjadi presiden.
Hanya saja, Zully mengakui jika Sleman agak berbeda dengan kondisi politik di Gunungkidul. Di mana Sleman ini jauh lebih kompetitif dan jauh lebih terbuka terhadap pemilihan kepala daerah. Karena di Sleman bagaimanapun lokasi-lokasi kampus jauh lebih banyak dan dosen ataupun warga yang tinggal di daerah Sleman jauh lebih banyak daripada di Gunungkidul.
"Bahwa saat ini itu orang bisa mengakses informasi bukan hanya dari tatap muka tetap mencari media sosial itu ya membuat Sleman berbeda," kata dia.
Tetapi menurut hemat dia, pemilih Sleman itu jauh lebih rasional daripada pemilih Gunungkidul atau di Kulon Progo yang memang secara teritorial lebih sulit dari pada Sleman. Di Sleman kelompok masyarakat terdidik jauh lebih banyak daripada Gunungkidul ataupun Kulonprogo.
Karena itu daya krisis terhadap kandidat menurut dua memang jauh lebih baik daripada dua Kabupaten Gunungkidul ataupun Kulonprogo. sehingga munculnya nama Kaesang menurut dia agak sulit atau kecuali di segmen yang sangat spesifik misalnya anak-anak milenial.
"Tetapi kalau di kalangan senior dan juga generasi yang di atasnya milenial masih kurang," pungkasnya.
Baca Juga: "Kaesang Effect" Berhasil Menaikkan Perolehan Suara PSI Hingga 3% dalam 30 jam
Kontributor : Julianto