Suara.com - Siti Atikoh istri dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo diketahui memiliki seorang kakek yang memiliki rekam jejak bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kakek Siti Atikoh, Kiai Hisyam Abdul Karim merupakan salah satu ulama yang berjuang melawan bangsa penjajah.
Soal nama besar kakek Siti Atikoh sempat diutarakan oleh Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha beberapa waktu lalu. Gus Baha saat bertemu Ganjar menyebut bahwa ia kedatangan menantu kiai besar.
"Wah saya kedatangan mantu kyai ini. Pak Ganjar iki putune Mbah Hisyam lho," kata Gus Baha, ketika Ganjar berkunjung ke rumahnya, ditulis Jumat (4/2/2022).
Menurut Gus Baha Mbah Hisyam adalah ulama yang sangat disegani dan dihormati dimatanya.
Baca Juga: Digoda 16 Persen, Ganjar Beri Jawabannya Tak Terduga
Mengutip dari NU Online, Selasa (5/3/2024), Kiai Hisyam merupakan ulama karismatik yang disegani di wilayah Purbalingga dan sekitarnya. Sosok Kiai Hisyam pernah digambarkan oleh mantan Menag Saifuddin Zuhri.
Di bukunya yang berjudul Guruku Orang-Orang Dari Pesantren, Saifuddin Zuhri gambarkan kakek dari Siti Atikoh itu berperawakan kekar dengan mata yang jernih dan memiliki janggut tak begitu tebal.
Ayah dari Lukman Hakim Saifuddin itu mengatakan pertemuannya dengan Kiai Hisyam terjadi tengah perang kemerdekaan melawan Belanda (kisaran tahun 1940-1942) untuk mengadakan konsolidasi ke tokoh-tokoh setempat.
Pertemuan itu berlangsung di Pesantren Kalijaran yang dipimpin oleh kakek Siti Atikoh. Menurut Saifuddin Zuhri, Kiai Hisyam lahir pada 8 Agustus 1909.
Nama kecilnya Qosim, ayahnya bernama Abdul Kariem yang berasal dari Bau Desa Kalijaran. Kiai Hisyam diketahui menimba ilmu agama dari ustadz di kampungnya. Kemudian beliau berguru kepada Kyai Dahlan di desa Kali Wangi Mrebet.
Baca Juga: Kini 'Babak Belur' di Pilpres 2024, Siti Atikoh Tak Mau Alam Ganjar Terjun ke Dunia Politik
Singkat cerita saat mendirikan dan memimpin pesantren Kalijaran, Kiai Hisyam menjadi pondok tempatnya itu sebagai ruang untuk gembleng para pejuang.
Selain mengaji sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse, dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan. Mereka dilatih oleh kader pemuda Ansor setempat.
KH Hisyam selain menjadi pengasuh pesantren, juga aktif di NU. Dirinya tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama tiga periode, yakni periode tahun 1973-1975, 1975-1978, dan 1978-1983. Kiai Hisyam wafat pada Hari Kamis Kliwon 4 Jumadil Akhir 1410 H atau bertepatan dengan tanggal 12 Januari 1989