Parah! Menteri Israel Minta 'Hapuskan' Bulan Suci Ramadan

Riki Chandra Suara.Com
Senin, 04 Maret 2024 | 22:13 WIB
Parah! Menteri Israel Minta 'Hapuskan' Bulan Suci Ramadan
Ribuan warga memperingati 100 hari aksi genosida yang dilakukan Israel di Gaza, Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta Pusat, Sabtu (13/1/2024). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ancaman Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu tak main-main. Dia menyerukan untuk "menghapus" bulan suci Ramadan. Hal itu dinyatakan kepada Radio Angkatan Darat.

Amichai Eliyahu merupakan menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.

"Apa yang disebut sebagai bulan Ramadan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan," kata Eliyahu, dikutip dari pemberitaan Anadolu, Senin (4/2/2024).

Eliyahu menyataka itu saa beredarnya informasi kebocoran keamanan Israel yang cemas dengan peningkatan situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki selama bulan Ramadan.

Hal itu terjadi sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Tel Aviv di Masjid Al-Aqsa selama berlangsungnya bulan suci Ramadan.

Media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadan. Hal itu akan dimulai sekitar tujuh hari lagi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.

Ketika pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera berlanjut dengan mediasi dari AS, Qatar dan Mesir, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Senin bahwa Israel akan menghentikan perangnya melawan Gaza selama Ramadan jika kesepakatan tercapai.

Kelompok Hamas Palestina, yang diyakini menyandera lebih dari 130 warga Israel, menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan penyanderaan.

Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 menghasilkan pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI