Suara.com - Warga Amerika Serikat, yang berada di Kota San Fransisco dibuat terperangah dengan mekarnya bungai bangkai raksasa di California Academy of Science (CAS), San Fransisco.
Bunga bernama latin Amorphophallus titanum tersebut menjadi daya tarik tersendiri hingga membuat warga mengantre melihat dari dekat bunga yang nyaris punah itu.
Bagi sebagian warga yang mencium bau bunga bangkai tersebut, aromanya digambarkan seperti daging busuk, makanan busuk, kaus kaku berkeringat hingga bawang putih.
Seorang warga setempat, Monica Becker mengajak anaknya untuk melihat bunga bangkai secara langsung setelah menontonnya di siaran langsung akademi.
Baca Juga: Warga Kembangan Jakbar Dihebohkan Penemuan Bunga Bangkai di Kebun Kosong
"Saat kami mendengarnya mekar, kami seperti… kami harus pergi, pagi-pagi sekali saat bunga tersebut mekar. Jadi inilah kami," katanya mengutip Sky.com pada Rabu lalu.
Becker menggambarkan, aroma bunga bangkai terbesar di dunia itu seperti bau kaki yang berkeringat.
"Aku mencium bau kaki yang berkeringat, manis, menyengat… seperti pelindung tulang keringmu setelah sepak bola," candanya sambil menoleh ke arah anaknya.
Sementara itu, ahli hortikultura dari CAS Lauren Greig mengatakan bahwa baunya yang tidak enak merupakan tiruan aroma bangkai.
"Ini seperti meniru bau bangkai untuk membuat semua lalat datang dan berinteraksi dengannya, mengambil serbuk sari, dan kemudian membawa serbuk sari itu ke bunga lain yang mungkin diselidiki karena baunya," katanya.
Baca Juga: Bukit Asam Nursery Park Selamatkan Berbagai Jenis Anggrek dan Bunga Bangkai dari Kepunahan
Mirage, begitu nama bunga bangkai itu dinamakan, menjadi kali pertama yang mekar sejak disumbangkan ke CAS pada tahun 2017. Bunga tersebut disimpan di pameran hutan hujan museum sejak tahun 2020.
Bunga bangkai tersebut diketahui hanya mekar satu hingga tiga hari meski membutuhkan waktu hingga satu dekade untuk mekar.
Amorphophallus titanum berasal dari pulau Sumatra di Indonesia. Tanaman ini terdaftar sebagai tanaman terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, dengan hanya kurang dari 1.000 tanaman yang tersisa di alam liar.
Untuk diketahui, bunga bangkai kali pertama ditemukan di Sibolangit pada tahun 1920-an. Penemu pertamanya, yakni Odoardo Beccari yang merupakan pakar botani berkebangsaan Italia.
Ketika itu, tahun 1878, dalam perjalanannya di Kepahiang – Rejang Lebong (Bengkulu) ia menemukan tumbuhan bunga bangkai.
Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus Titanum terhadap hasil temuan Beccari tersebut. Sejak itu dunia botani mengenal bunga bangkai dengan nama Amorpophallus Titanum Beccari.