Suara.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendapat pangkat jenderal kehormatan dari Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Penyematan pangkat bintang empat kehormatan terhadap Prabowo ini berlangsung saat Rapat Pimpinan TNI-Polri 2024 dilangsungkan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Pemberian pangkat jenderal kehormatan ke Prabowo Subianto ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat sipil.
Baca Juga:
Baca Juga: Pengamat: Usir Perwakilan Bank Dunia karena Campuri Politik Indonesia!
Bak Bumi dan Langit: Gathan Saleh Hilabi Nembak Orang Buron, Adiknya Bantu Orang Susah
Banyak yang menilai Prabowo tak pantas mendapat pangkat jenderal kehormatan karena rekam jejaknya selama di militer.
Selain itu juga, pihak kontra menganggap tidak ada dasar hukum pemberian pangkat jenderal kehormatan bagi pensiunan prajurit TNI.
Tidak Naik Tingkat
Baca Juga: Adu Pendidikan Sri Mulyani vs 4 Calon Menkeu Incaran Prabowo Hasil 'Ramalan' Media Asing
Prabowo masuk Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1970. Ia bisa diterima di AMN lewat sponsor Letjen Sutopo Juwono.
Dikutip dari buku "Prabowo Subianto Jalan Terjal Seorang Jenderal", di awal-awal menjadi taruna Akmil, Prabowo sering kena hukum. Lama hidup di luar negeri, membuatnya gayanya masih kebarat-baratan.
Prabowo masih suka membantah perintah senior. Ditambah lagi Prabowo saat itu belum lancar berbahasa Indonesia. Sehingga ia kurang memahami perintah senior dan komandannya.
Akibatnya ia pun sering kena hukuman. Prabowo menguasai empat bahasa asing yaitu Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda.
Karena kesulitan berbahasa Indonesia, Akmil sampai mengadakan les bahasa Indonesia untuk Prabowo. Teman-temannya pun sering mencandai dirinya yang kurang lancar berbahasa Indonesia.
Bagi Prabowo menjadi anak seorang menteri tidak mengenakkan ketika berada di Akmil. Menurut Prabowo, anak-anak tokoh elit mendapat perlakuan keras dari para seniornya.
Tapi ia tak mengeluh sebab sang ayah sudah memberi wejangan. “Ambil keputusanmu sendiri dan terima apapun konsekuensinya,” pesan sang ayah.
Prabowo memang sempat kesulitan beradaptasi di dunia militer yang keras dan disiplin. Pernah suatu saat Prabowo melakukan pelanggaran disiplin.
Saat itu para taruna memperoleh cuti ke Yogyakarta. Tapi Prabowo malah menggunakan kesempatan itu untuk pergi ke Jakarta.
Akibatnya ketika taruna lain sudah kembali masuk ke resimen, Prabowo terlambat. Prabowo kena hukum. Kelulusannya di Akmil ditunda satu tahun.
Ketika teman satu angkatannya lulus tahun 73, Prabowo lulus tahun 74. Padahal Prabowo dikenal sebagai taruna yang pintar.
Setiap di dalam kelas, Prabowo tekun mendengar tapi tidak mencatat. Namun begitu ujian, nilainya selalu baik. Saat Prabowo tidak naik pangkat, ibunya mempersilakan Prabowo keluar saja dari Akmil.
Tapi Prabowo menolak. “Tidak. Saya senang dengan Angkatan Darat. Apapun yang terjadi saya tetap di Angkatan Darat,” kata Prabowo.