Suara.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersiap menyandang pangkat jenderal kehormatan bintang empat yang diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (28/2/2024).
Prabowo yang memiliki pangkat terakhir Letnan Jendera memiliki rekam jejak cukup panjang. Dia pernah memimpin pasukan khusus Kopassus.
Pengalaman di medan peran juga tak main-main. Bahkan, pendakwah Haikal Hassan Barras atau akrab disapa Babe Haikal menyebut Prabowo beberapa kali lolos dari maut. Hal itu diungkapkannya saat menjadi bintang tamu di podcast milik Fadli Zon.
"Saya ingat waktu cerita beliau, saya katanya sudah bersyahadat tiga kali saya bilang bersyahadat tiga kali maksudnya. Sudah mau meninggal di depan ini ada ranjau, ada ranjau dia ingin membantu anak buahnya kebetulan mertua saya itu anak buah beliau di Timor Timur," kata Babe Haikal mengisahkan dikutip pada Selasa (26/2/2024).
Baca Juga: Fedi Nuril Cecar Pertanyaan ke AHY, Admin Malah Kasih Jawaban Template
Ketika itu, mertua Babe Haikal melapor kepada Prabowo Subianto yang merupakan komandannya bahwa ada salah satu tentara yang menginjak ranjau. Mengetahui itu, mantan Danjen Kopassus itu kemudian berbalik menolong anak buahnya.
Menyadari misinya berbahaya, Prabowo mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum kembali menolong anak buahnya. "Misalnya meninggal dalam keadaan bersyahadat. Itu dengan beraninya beliau mengambil," katanya.
Politikus Fadli Zon kemudian menimpali dengan kisah Prabowo di medan perang lainnya. Waktu itu terjadi pertempuran di Timor Timur menghadapi Fretilin.
Prabowo menjadi wakil komandan dari Jenderal (purn) Syahrir MS. "Beliau pangkatnya apa gitu ya. Wakil komandannya Pak Prabowo. Ini ada di satu daerah tusuk sate, jadi di sini ada sniper dari Fretilin. Pak Syahrir ketembak kakinya, makanya beliau kan agak pincang karena ketembak kakinya," katanya.
Dalam situasi tersebut memang sengaja dibiarkan untuk memancing pasukan lainnya keluar. Akan tetapi, tidak ada yang berani bergerak.
Baca Juga: Jokowi Wajib Dengar! Soeharto Sebelum Lengser Bertekad Ngamandito, Apa Itu?
"Jadi saling menunggu dan akhirnya Pak Prabowo sebagai wakil membuka baju, kemudian mendatangi komandan ini membawanya," katanya.
Secara teoritis, kata Fadli Zon, harusnya Prabowo meninggal tertembak karena pasti sudah dalam bidikan sniper Fretilin. Namun, entah kenapa sang penembak tidak melepaskan pelurunya.
Belakangan diketahui bahwa sniper Fretilin yang bertugas saat itu merasa iba terhadap Prabowo. Hal itu diketahui saat pasukan tersebut tertangkap.
"Beberapa bulan kemudian ada satu situasi tertangkaplah orang yang diduga menjadi sniper dan diinterview kalau tidak salah Pak Tono Suratman (yang interview). Kemudian diinterview apakah kamu yang ini ya waktu itu saya jadi sniper di pertempuran itu," katanya.
"Kamu lihat kan ada orang memanggul, kenapa kamu tidak tembak. Terus diceritakanlah dia tidak menembak sebenarnya dia sudah dalam bidikan, satu kali klik pasti kena dan pasti tepat. Tapi entah kenapa ketika dia mau klik itu dia merasa kasihan," ungkapnya.