"Karena kalau dari Wamena ke Nduga itu perlu waktu berjalan 4 hari 4 malam melewati hutan," ujar Jokowi.
Ia juga cukup heran ketika sampai di Kantor Kabupaten Nduga, ketika bertemu Bupati, Jokowi justru tak menemukan banyak orang. Namun ia mendapatkan informasi bahwa jumlah penduduk di Nduga berkisar 129 ribu jiwa.
"Sampai sana saya lihat enggak ada satu orang pun, di tengah hutan ada wilayahnya, saya tanya ke Pak Bupati, 'jumlah penduduknya di sini ada berapa?. 'Pak Presiden di sini ada 129 ribu'. Mana satu aja enggak ada, ngomong 129, bener ada, ada Pak, itu distriknya ada di tengah hutan, kalau bapak mau ngecek silahkan," kata Jokowi menirukan percakapannya dengan Bupati Nduga kala itu.
Tentu Jokowi tak mungkin masuk ke hutan-hutan untuk mengecek distrik yang dimaksud. Sehingga ia meminta diantarkan ke lokasi yang paling ramai di wilayah tersebut.
"Pak Bupati ini pinter kalau saya tidak akan ke distrik-distrik itu, karena butuh waktu 8 jam sampai 12 jam berjalan," ujar dia tersenyum kecut mengingat hal tersebut.
Meski sudah diarahkan ke salah satu lokasi ramai yakni di pasar, jumlah orang di sana tidak ramai seperti pasar yang terbayang orang-orang. Hanya sedikit orang yang dilihat Jokowi saat itu.
Kendati begitu, Jokowi paham bahwa akses jalan menjadi salah satu kendala terbesar yang terjadi di wilayah Nduga yang tak pernah dijamah pemerintah.
Pada masa ia menjabat, Nduga diberi bantuan pengembangan wilayah hingga sudah dibangun jalan beraspal dari Wamena ke Nduga.
Akses jalan itu membuka wilayah yang terisolasi di Nduga. Meski masih belum terjadi pembangunan pesat, Nduga diharapkan semakin terlepas dari wilayah terpinggirkan dan terisolasi dari Indonesia.