Suara.com - Seorang santri di salah satu pondok pesantren di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) meninggal dunia setelah dianiaya oleh seniornya. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (15/2/2024).
Kasus kekerasan santri ini menjadi perhatian khusus anggota DPR RI Ahmad Sahroni baru-baru ini. Melalui akun Instagram pribadinya, politisi NasDem tersebut meminta bantuan kepada Kapolda Sulsel.
"pak kapolda sulsel mohon sangat bantuan nya terkait kasus santri yg di aniaya senior nya sampe meninggal," tulisnya di akun @ahmadsahroni88, Kamis (22/2/2024).
Dengan menyinggung kasus Dante, Sahroni lalu meminta tersangka penganiayaan santri dihukum setimpal dengan hukuman mati agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
"Dan berikan hukuman setimpal...Kalo almarhum Dante aja sampe akan kena hukuman mati maka yg kejadian santri inj jg hrs demikian…" sebutnya.
Sahroni pun meminta bantuan kepada Kapolri Listyo Sigit Prabowo agar memproses hukum seadil-adilnya.
"Mohon bantuan dan perhatian pak kapolri @listyosigitprabowo trimakasih pak atas bantuan nya untuk keadilan..." ujarnya.
Dalam postingannya itu, Sahroni menyertakan foto korban yang nampak terbaring koma di Ruang ICU sebelum meninggal. Sementara pada slide berikutnya menampilkan tangkapan layar pemberitaan online terkait kasus tersebut.
Lebih jauh, dalam unggahannya itu, Sahroni mengungkap kronologi kasus penganiayaan santri hingga tewas. Insiden kekerasan terjadi di Pondok Pesantren Al Imam Ashim Makassar pada 15 Februari 2024.
Penganiayaan terjadi saat jam istirahat ketika korban dan temannya berada di dalam perpustakaan. Hal itu bermula dari korban mengetuk kaca jendela.
Pelaku senior berada di luar diduga merasa tersinggung dengan korban karena mengetuk kaca jendela.
"Pelaku lalu mendatangi korban namun korban hanya tersenyum saat ditanyai oleh pelaku, lalu pelaku senior menggiring korban keluar perpustakaan dengan menarik kera baju korban," terang Sahroni.
Tersangka pun kemudian menganiaya korban dengan menendang menggunakan lututnya. Pelaku juga memukul kepala korban berkali-kali hingga pembuluh darah di kepalanya pecah.