Suara.com - Tumpukan karung beras terlihat meninggi di satu sudut Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Cuaca panas masih terasa saat saya menjejakan kaki di pasar sentra bahan pokok yang berdiri sejak 50 tahun silam.
Sejauh mata memandang, hiruk pikuk kuli panggul terus berlalu lalang mengangkat beras yang kini menjadi sorotan.
Pasalnya, harga beras yang kian meroket kini dikeluhkan warga. Tepat di salah satu tumpukan beras, sosok pria berkumis mengenakan kaos bergambar salah satu pasangan calon pemimpin negeri tengah bersandar.
Sesekali, ia berbaring sambil melepas lelahnya memanggul beras demi upah yang jauh dari layak. Jum, begitu ia mengenalkan namanya kepada saya.
Baca Juga: Bikin Rakyat Menjerit, Pedagang Beras di Jakarta Minta Harga Distabilkan: Makan Gratis Nomor Sekian!
Tatapannya tak bisa lepas ke arah luar tempat truk pengangkut beras parkir sembari menunggu gilirannya memanggul beras-beras ke toko, tempatnya bekerja.
Pria berusia 45 tahun itu mengungkapkan himpitan ekonominya di tengah harga beras yang kian melambung. Bukan rahasia umum, bila kenaikan harga beras tidak berarti upahnya juga ikut bertambah.
"Nggak, masih tetap aja segitu," kata Jum katanya saat ditemui Selasa (20/2/2024).
Tenaga yang dikeluarkannya untuk mengangkuti beras 20 karung atau setara 1 ton hanya disetarakan dengan upah yang jauh dari layak, Rp 15 ribu.
"Per ton Rp 15 ribu, nggak sama (tiap tokonya) tergantung bosnya," katanya.
Baca Juga: Harganya Gak Ngotak Bikin Kabur Pembeli, Pedagang Beras di Jaktim Ngeluh: Keterlauan Banget!
Upah Murah
Upah Jum terbilang lebih murah dibandingkan kawan-kawannya yang bisa mendapatkan Rp 20 ribu per ton. Mendapat upah sebagai kuli panggul di Pasar Cipinang tidak selalu didapatinya.
Terkadang bila keadaan ramai, ia bisa mendapatkan upah bagus. Itupun bila mengangkut hingga 5 ton. Tapi kadang juga hari apesnya datang, Jum hanya mendapat kebaikan dari bos yang murah hati, berupa uang makan lantaran tidak ada pekerjaan memanggul beras.
"Tergantung, kalau sepi mah nggak manggul, paling uang makan."
Jum bahkan mengungkapkan ada sejumlah toko yang tidak memberikan uang makan kepada karyawannya.
"Kadang ada (bos toko) yang ngasih ada yang nggak," ucapnya.
Sebagai pekerja lepas, Jum mengaku kadang berharap kemurahan hati sang pemilik toko untuk memberinya sedikit upah lebih. Namun itu pun kembali kepada kemurahan sang bos yang memakai jasa panggulnya.
"Kadang-kadang sehari kalau 2 ton ya dapet Rp 30 ribu, kadang saya dilempengin gocap (Rp 50 ribu), tergantung bosnya. Yang nggak ngasih juga ada," tutur Jum.
Meski begitu, ia hanya bisa berharap mendapat upah lebih baik. Harga beras yang kian melambung saat ini sudah tidak lagi seimbang dengan upahnya yang bahkan pas-pasan untuk membeli beras kualitas sedang untuk keluarganya.
Saat ini, harga beras sudah mencapai Rp 17 ribu. Sedangkan untuk yang paling murah di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 13 ribu. Harapan agar uang jasanya bisa naik mungkin menjadi kemewahan tersendiri baginya di tengah kesulitan ekonomi yang dihadapinya.
"Ininya aja, naikin aja harga (bayaran). Jangan 15 ribu perak lah, sekarang sekilo aja berapa duit ini beras, sekilo Rp 15 ribu, itu aja bandingannya. Jauh banget kan, Rp 15 ribu seton (bayaran saya), berasnya Rp 15 ribu sekilo," harapnya.
Kontributor : Muhamad Iqbal Fathurahman