Suara.com - Camat Pademangan, Didit Mulyadi, turun tangan menangani kasus sejumlah Petugas Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) Kelurahan Ancol yang mogok kerja lantaran diledek miskin oleh Lurah Ancol, Saud Maruli Manik. Ia pun mengumpulkan para petugas untuk mengklarifikasi soal ini.
Dalam pertemuan ini, Didit menyebut para PPSU sudah menyepakati soal penyelesaian perkara. Ia pun meminta petugas kembali bekerja seperti biasa esok hari.
"Kami tadi kumpulkan ada sekitar 60 petugas PPSU. Di awal pertemuan kami sepakat untuk menyelesaikan masalah ini dan bekerja kembali esok hari," ujar Didit kepada wartawan, Senin (19/2/2024).
Dari 60 petugas yang hadir, Sidit menyebut ada 19 petugas bertahan hingga akhir pertemuan. Mereka mengerti dalam sebuah organisasi terdapat perbedaan karakter dalam setiap kepemimpinan.
Baca Juga: Sering Diomelin Lurah hingga Diejek Miskin, PPSU Ancol Sakit Hati Sampai Aksi Lempar Sapu
Sementara, sisanya walk out dan tak mau bersepakat dengan upaya damai yang ditawarkan.
"Mereka mengerti dan tidak menginginkan adanya masalah ini. Yang penting mereka bisa kembali bekerja," ucapnya.
Dia pun menyampaikan tidak bisa serta-merta menyalahkan Lurah dan Sekretaris Lurah Ancol dalam permasalahan tersebut. Keduanya bersikap seperti itu dalam konteks kebijakan dalam upaya penegakan kedisiplinan.
"Ada kesalahpahaman pengertian saja antara lurah dan PPSU ini. Tapi saya akan memanggil lurah besok untuk meminta keterangannya," pungkasnya.
PPSU Protes
Baca Juga: Kisah Kehidupan Rakyat Kecil yang Sederhana dalam Buku 'Senyum Karyamin'
Diberitakan sebelumnya, sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) melakukan aksi lempar sapu dan mogok kerja di Jalan Lodan Raya, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Senin (19/2/2024) pagi. Aksi ini dilakukan lantaran sakit hati dengan bosnya, Lurah Ancol, Saud Maruli Manik dan Sekretaris Kelurahan Ancol Kenny Hutagaol.
Salah satu petugas PPSU Ancol, Arief menyebut ia dan rekannya sering diomeli oleh kedua bosnya itu. Bahkan, Saud kerap mengejek dengan sebutan "miskin" kepada para petugas PPSU.
"Kami minta ketegasan dan keadilan. Jadi gini, setiap apel itu Pak Lurah itu selalu memarahi kita, apalagi, yang kita nggak enak hati kan, dengan kata-kata miskin," ujar Arief kepad wartawan, Senin.
Arief juga menyebut ia dan rekannya kerap diminta kerja berlebihan oleh atasannya. Padahal, dua petinggi Kelurahan Ancol itu tak pernah menunjukkan apresiasi kepada anak buahnya.
"Ya namanya kerja ya capek ya, cuman jangan dipecut anak-anak, jangan seringkali dipecut. Kemarin apalagi pas lagi kita menyaksikan Pemilu, kami catat berapa suara," ungkapnya.
"Itu kan memiliki waktu yang panjang, yang lama. Seharusnya ada rasa simpatinya gitu, jangan terlalu dipecut anak-anak, kasihan," tuturnya menambahkan.
Senada dengan Arief, Pipit Mulyaningsih menyebut ejekan miskin itu sudah sering dilontarkan. Aksi ini dilakukan untuk menyadarkan dua bosnya itu dan ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
"Pak sekretaris kelurahan kalau omong nyakitin, selalu katain miskin ke PPSU. Jadi kayaknya anak-anak sakit hati," pungkasnya.