Suara.com - Lima asisten rumah tangga (ART) di Jatinegara, Jakarta Timur, diduga menjadi korban penganiayaan dan penyekapan oleh majikannya sendiri.
Peristiwa pilu ini terjadi di Jalan Jatinegara Timur II, tepatnya di sebuah rumah yang bercat putih, termasuk pagar serta kusen pintu jendelanya.
Pantauan Suara.com di lokasi, rumah yang terletak di pinggir jalan tersebut terllihat begitu rapat. Kawat berduri juga terpasang di atas pagar rumah bergaya tahun 80-an ini.
Berdasarkan pengakuan juru parkir yang berada di samping lokasi kejadian, Ivan mengatakan para ART melarikan diri dari rumah sekitar subuh dengan cara memanjat.
Baca Juga: Beda dari Artis Lainnya, Jennifer Jill Punya Rumah Khusus untuk ART
Ivan sendiri tidak melihat peristiwa tersebut, namun warga sekitar menceritakan hal itu kepadanya.
Berdasarkan hal yang Ivan ketahui, para ART yang bekerja di rumah tersebut tidak pernah keluar untuk bergaul atau sekedar untuk ke warung.
Ivan mengaku, hanya sesekali melihat seorang pembantu dengan perawakan tubuh kecil, berkulit hitam keluar pagar untuk membuang sampah.
“Paling keluar cuma buat buang sampah. Itu juga ditungguin sama majikannya di pintu pagar,” kata Ivan, kepada Suara.com, Senin (19/2/2024).
Jika diamati, rumah tersebut tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Hanya ada sebuah kawat untuk menggantung sampah-sampah yang berada dalam kantong plastik.
Baca Juga: Membumi Saat Kondangan ke Kampung, Amplop Ashanty ke ART Bikin Kepo
Ivan tidak menyangka tempatnya bekerja ternyata ada peristiwa yang secara tak langsung merampas kemerdekaan seseorang.
“Gak nyangka aja kalau ternyata pembantunya disiksa dan disekap. Bisa sampai tega gitu,” ucapnya.
Ditangani Polisi
Sebelumnya lima orang asisten rumah tangga (ART) menjadi korban penganiayaan oleh majikannya sendiri di Jatinegara, Jakarta Timur.
Kelima ART yang masih di bawah umur ini berasal dari wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur, AKP Sri Yatmini, mengatakan tempat kejadian penganiaan kelima ART ini dulunya memang sempat dijadikan tempat praktik kedokteran.
“Memang pada saat itu adalah di tempat dokter salah satu dari keluarga itu, namun demikian dokter tersebut informasi dari pada keluarganya, sudah meninggal jadi itu sudah tidak digunakan untuk praktik,” kata Sri, saat dikonfirmasi Minggu (18/2/2024).
Saat ini kelima ART yang menjadi kirban penyiksaa sudah mendapat perlindungan di rumah aman.
“Anak tersebut mendapatkan pendampingan, mendapatkan layanan psikologis, bahkan kesehatan,” kata Sri.
Saat berupaya kabur dari rumah majikannya, kata Sri, salah seorang ART mengalami luka atau cidera. Namun kini telah diobati di salah satu rumah sakit di wilayah Jakarta Timur.
“Kami dari unit PPA sudah memberikan perawatan ke salah satu rumah sakit di wilayah Jakarta Timur,” ucapnya.
Sri melanjutkan, penyiksaan yang diterima kelima ART di bawah umur ini, di antaranya yakni dengan memberlakukan jam kerja di luar batas.
“Pengakuan anak korban yang bersangkutan itu tidak diberikan hal-hal yang layak. Contohnya yang bersangkutan suruh bekerja ke tuannya itu sampai jam 5 pagi,” ucapnya.
Kemudian selain jam kerja, para ART ini juga diperlakukan tidak layak yakni dengan memberikan makanan yang dijatah.
“Jadi untuk makannya sendiri juga dibatasi sehingga kelihatan kurus,” jelasnya.
Pihak kepolisian masih melakukan pendalaman terkait tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
“Nanti akan kami dalami di situ karena ini memang anak dari salah satu desa kecil di Jateng. Memang yang membawa itu dari mulut ke mulut,” tandasnya.