Pengamat Ini Sebut Beda Gaya Komunikasi Prabowo Vs Ganjar Tentukan Suara Akhir di Pilpres

Baehaqi Almutoif Suara.Com
Minggu, 18 Februari 2024 | 19:45 WIB
Pengamat Ini Sebut Beda Gaya Komunikasi Prabowo Vs Ganjar Tentukan Suara Akhir di Pilpres
Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo di debat Pilpres kelima
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Politik Citra Institute Efriza menyoroti beda gaya komunikasi dua Capres, yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang menyebabkan perolehan suara berdasarkan quick count atau hitung cepat terpaut jauh.

Perolehan suara Ganjar tidak selaras dengan partainya, PDI Perjuangan. Sedangkan Prabowo justru melejit.

Efriza menilai Ganjar terlalu keras menyerang Prabowo, terutama saat debat menimbulkan kesan arogan. "Dia (Ganjar) melupakan bahwa masyarakat butuh kesantunan," ujarnya dikutip dari YouTube Tribunnews dikutip, Minggu (18/2/2024).

Baca Juga

Baca Juga: Tak Cuma Sekali, Mayor Teddy Kepergok Tinggalkan Prabowo Subianto Hanya Demi Ahmad Dhani

Selain itu, gaya bahasa yang digunakan Ganjar pada debat Capres terakhir juga dianggap sebagai blunder. Kesan intelektual, cerdas, tampan, dan flamboyan yang dibangun tidak sesuai dengan penyataan emosialnya ketika menutup debat.

"Ia mengatakan wajah diktator, otoriter, walaupun yang dibaca adalah kutipan dari Pak Presiden Joko Widodo saat itu, tapi masyarakat melihat kenapa harus dibaca itu. Ada apa, kenapa harus seperti itu, kenapa nggak bisa berpelukan, kenapa nggak bersalaman. Itu yang dinilai oleh masyarakat," katanya.

Tentunya itu berbanding terbalik dengan gaya komunikasi yang diperlihatkan Prabowo Subianto, terlepas dari sikap Gibran di debat sebelumnya.

"Berikutnya bisa jadi masyarakat melihat ketulusan Pak Prabowo itu yang dinilai dibandingkan etika dari Gibran. Oke etika Gibran bermasalah, tapi masyarakat merespons bahwa presidennya tetap yang bekerja yaitu Prabowo," katanya.

Faktor lainnya yang memengaruhi suara Prabowo, yaitu figur militer. Ada kemungkinan masyarakat merindukan seorang pemimpin mantan militer.

Baca Juga: Terungkap! Pertanyaan yang Tak Mampu Dijawab Anak Ganjar Seumur Hidup

"Yang ketiga ketulusan hati dari Pak Prabowo ini itu sekali lagi saya katakan membuktikan bahwa pilpres beda dengan pilkada. Pilkada boleh keras, boleh saling gesek-gesekan, saling menghina, dan itu menyebabkan Pak Anis terpilih. Tapi pilpres tidak, pilpres berbicara siapa yang lebih bijak, santun, dalam visi misi, siapa yang bisa menarik simpati masyarakat," bebernya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI