Suara.com - Richard Peeperkorn, selaku perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah pendudukan Palestina, mengingatkan bahwa serangan militer Israel ke Kota Rafah di Gaza berpotensi menjadi "bencana yang tidak terduga dan akan memperluas bencana kemanusiaan di luar perkiraan."
Peeperkorn menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan invasi darat yang dilakukan Israel, sementara perhatian semua pihak tertuju pada Rafah.
Lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina telah berbondong-bondong memadati pengungsian sementara di Kota Rafah.
Pada 13 Februari 2024 lalu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan sekaligus Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths memperingatkan bahwa operasi militer di Kota Rafah “dapat menyebabkan pembantaian di Gaza” dan juga “menyisakan operasi kemanusiaan yang sudah rapuh di ambang kematian".
Baca Juga: Tanya Fedi Nuril ke Menhan Prabowo soal Israel, Kali Ini Ungkit Impor Senjata
Martin juga menambahkan bahwa “Pemerintah Israel tidak bisa terus-menerus menghindari seruan” dari komunitas internasional ini.
Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan sebanyak 152 instalasi miliknya di Gaza mengalami kerusakan sejak 7 Oktober, termasuk bangunan yang memberikan perlindungan bagi Pengungsi Internal (IDP).
Ditukitp dari Wafa via Antaranews, data dari Pusat Satelit PBB, UNOSAT, yang dipublikasi pada 1 Februari, tercatat 30 persen bangunan di Jalur Gaza hancur atau mengalami kerusakan parah hingga sedang.
Sementara itu, wilayah Gaza dan Khan Yunis mengalami peningkatan kerusakan terparah pada Januari 2024 dibanding November 2023.
Baca Juga: Meta Blokir Akun FB dan IG Pemimpin Iran usai Dukung Hamas