Heboh Istilah Silent Majority Usai Hasil Quick Count, Ini Penjelasan Lengkapnya

Kamis, 15 Februari 2024 | 14:11 WIB
Heboh Istilah Silent Majority Usai Hasil Quick Count, Ini Penjelasan Lengkapnya
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bergoyang dalam acara Mengawal Suara Rakyat di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nixon menghadapi tekanan kuat dari sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-perang yang sangat aktif.

Dengan mengumpulkan mayoritas yang diam, ia mampu memperoleh dukungan terhadap kebijakannya dan memenangkan pemilihan kembali.

Baca Juga:

Cerita Feni Rose Terobos Kerumunan Massa Saat Kampanye Akbar AMIN di JIS: Kayak Lagi Membelah Hutan dan Samudra

Puan Maharani Beri Ganjar Wayang Wisanggeni, Padahal Tokoh Angkuh dan Tak Punya Sopan Santun, Kok Bisa?

Mayoritas yang diam di bawah Nixon mencakup orang-orang yang sebagian besar adalah veteran Perang Dunia II yang lebih tua; kaum muda di Midwest, Barat, dan Selatan; dan orang kulit putih kerah biru yang tidak aktif dalam politik. Beberapa penduduk di Silent Majority memang mendukung kebijakan konservatif.

Istilah ini juga digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi presiden tahun 1920.

Sebelumnya, frasa tersebut digunakan pada abad ke-19 sebagai eufemisme yang mengacu pada semua orang yang telah meninggal, dan ada pula yang menggunakannya sebelum dan sesudah Nixon untuk merujuk pada kelompok pemilih di berbagai negara di dunia.

Baca Juga: Ngakak! Caleg Bagi Amplop ke Warga, Isinya Ancaman Dilaknat Allah Jika Ingkar Janji

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI