"Mereka tidak memilih, juga bisa karena alasan teknis, karena tertidur karena hari Valentine itu, bisa juga mereka malas ke TPS atau ada urusan lain," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Para pemilih pemula merujuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yakni mereka yang baru menggunakan hak suaranya pada pemilu tahun ini dan sebagian mereka termasuk generasi Z berusia 17 tahun.
Pangi yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting itu berpendapat partisipasi pemilih pemula dan muda (Generasi Milenial dan Z) ini akan menjadi tantangan tersendiri, termasuk kesediaan untuk mendatangi TPS pada hari pemungutan suara.
Selain karena malas, tak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) juga dapat menjadi alasan lain yang memungkinkan para pemilih pemula menjadi golongan putih (golput) secara administratif.
Padahal mereka ini, sambung Pangi, bersama pemilih muda dapat menjadi penentu pada Pemilu 2024 karena berjumlah sekitar 115 juta orang atau 56,45 persen dari total jumlah pemilih pada Pemilu 2024.
Menurut dia, selain karena alasan administratif, ada juga kemungkinan para pemilih pemula masih beranggapan siapapun pemimpin terpilih, tak akan mengubah nasib mereka, khususnya untuk urusan pekerjaan.
KPU sepanjang tahapan pemilu berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya pemilih pemula antara lain melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan seperti "KPU Goes to Campus, School dan Pesantren".