Suara.com - Beginilah cara Pak Salman, salah satu dari kelompok netra yang tinggal di Balikpapan, mengenali wajah dan tubuh Ganjar Pranowo.
"Diraba, dipeluk bahkan dicium. Begitu selesai meraba dan saya melihat beliau tersenyum, wah, hati rasanya mak nyeeess," kata Ganjar Pranowo.
"Semoga cara sederhana itu membuat beliau bahagia," tambah Ganjar.
"Pak, tolong penyandang disabilitas diperhatikan. Sebuah pesan dari Pak Salman yang akan selalu saya ingat".
Baca Juga: Survei Pilpres 2024 Versi Alvara: Prabowo-Gibran Jadi Jawara, Ganjar-Mahfud Keok di Banten
Dari kalimantan, Ganjar Pranowo melanjutkan kampanye di Banyuwangi, Jawa Timur.
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo berkomitmen memberi perlindungan kepada masyarakat adat saat ngopi bareng suku Osing, atau akronim Laros (Lare Osing).
Ganjar melanjutkan safari politiknya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan langsung berkunjung ke Desa Kemiren, Kecamatan Glagah dan ngopi bareng suku Osing.
Osing merupakan suku yang berasal dari ujung timur Pulau Jawa, tepatnya Kabupaten Banyuwangi. Sampai kini masih ada di beberapa daerah Banyuwangi salah satunya adalah Desa Kemiren.
Keberadaan suku Osing di Banyuwangi tak bisa lepas dari Kerajaan Blambangan dan peristiwa puputan bayu. Suku Osing mempunyai bahasa sendiri yang merupakan turunan dari bahasa Jawa kuno dengan sedikit pengaruh dari bahasa Bali.
Baca Juga: Ketua TPD Jabar Optimistis AMIN Raih 80 Persen Suara di Bumi Pasundan
Masyarakat Osing kemudian menjadikan Kemiran sebagai Desa Wisata Osing. Salah satunya dengan membangun komplek perkampungan dengan bangunan-bangunan adat, beserta adat, tradisi hingga keseniannya.
Ganjar memilih jalan kaki sekira 500 meter dari jalan raya untuk menuju komplek masyarakat Osing. Melintasi rumah-rumah penduduk sembari menyapa dan melayani jabat tangan.
Sesampai-nya di lokasi, Ganjar disematkan selendang dan penutup kepala khas Osing. Ia juga disuguhi pembacaan lontar tentang kisah Nabi Yusuf, serta musik lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu.
Lalu, mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu ngobrol bareng Suheimik, sesepuh Suku Osing dan lainnya, dengan suguhan kopi dan makanan tradisional.
Menurut Ganjar, suku Osing sangat unik dan menarik, karena masih melestarikan tradisi sampai saat ini. Pelestarian masyarakat adat dilakukan dengan cara membuat desa wisata.
“Kampung Osing secara pariwisata yang dikembangkan anak muda dan dibangun dengan rumah adat dan keseniannya. Ada sebuah harapan perlindungan terhadap desa adat,” ujar Ganjar.