Suara.com - Sebagai upaya embedding inovasi dan estetika untuk meningkatkan value creation, serta memperkuat K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lingkungan PT Brantas Abipraya (Persero), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi ini menggelar acara Sarasehan QHSSE (Quality, Health, Safety Security, and Environment).
Kegiatan yang bertema Innovation for Faster, Better, Cheaper and Safer ini diadakan hybrid, diikuti seluruh Insan Abipraya, baik yang berada di kantor pusat maupun di proyek-proyek Brantas Abipraya, yang tersebar di seluruh Indonesia, Minggu (13/1/2024).
“Tidak hanya diadakan sebagai peringatan Bulan K3 tahun 2024, melalui kegiatan sarasehan ini, kami juga ingin mendorong seluruh Insan Abipraya khususnya di proyek-proyek semakin memperkuat penerapan QHSSE di lingkungannya, seiring bertambahnya risiko kerja dan terus berkembangnya dunia konstruksi nasional,” ujar Sugeng Rochadi, Direktur Utama Brantas Abipraya.
Menurutnya, disadari bahwa memperkukuh komitmen penerapan K3 adalah sangat penting dimiliki oleh seluruh Insan Abipraya. Tak hanya itu, sebagai langkah untuk menjadi the Living Company, Brantas Abipraya juga harus terus berinovasi, terus beradaptif.
Baca Juga: Atasi Banjir di Karawang dan Bekasi, Brantas Abipraya Bangun Bendungan Cijurey
Dalam kegiatan ini, jajaran direksi mendorong seluruh Insan Abipraya untuk bersiap dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan konstruksi dengan selalu belajar dan melahirkan produk baru.
Inovasi yang secara langsung berdampak pada suatu produk, misalnya dengan Value Engineering, salah satunya dengan merubah metode konstruksi, penggunaan material dengan memperhitungkan teknologi.
Inovasi tidak terbatas pada unit bisnis saja, namun unit kerja sebagai pendukung juga sangat krusial bagi keberlangsungan suatu sistem. Proses dan sistem yang mengatur suatu alur bisnis perlu dilakukan inovasi untuk menyelesaiakan kendala kendala yang mungkin ditemui oleh unit bisnis terdepan untuk mendeliver suatu jasa atau produk, sehingga momentum-momentum (critical susscess factor) dari operasi bisnis perusahaan tidak terganggu, menjadi lebih optimal, efektif dan efisien
Sugeng Rochadi mengatakan bahwa selain K3 dan inovasi, seluruh proyek Brantas Abipraya juga harus membubuhi unsur estetika di karya konstruksinya. Jadi selain kualitas konstruksi yang unggul, dengan estetika yang dibentuk dapat melahirkan unsur keindahan pada bangunan dan meningkatkan daya tarik.
Dalam sambutannya, Sugeng juga menjelaskan bahwa embedded culture ditunjukkan dengan Agility untuk “Merespons Risiko”, memberikan Early Warning System, tidak reaktif namun responsif.
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Infrastruktur Jalan, Brantas Abipraya Segera Tuntaskan Jembatan Cikereteg
Di kesempatan yang sama, peran Human Capital sangat diperlukan. Salah satunya untuk memperkuat budaya safety dari sisi “People”, yaitu membangun “Willingness” dan “Knowledge/Capability” pada setiap Safety Engineer Brantas Abipraya khususnya yang bekerja di lapangan atau operasional dan terkait dengan risiko safety yang cukup besar.
“Melalui sarasehan ini, seluruh Insan Abipraya diharapkan menjadi semakin siap membawa Brantas Abipraya menjadi lebih unggul dan lebih terdepan dalam menghadapi era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) saat ini,” tutup Sugeng Rochadi.