Marlen menilai, Gibran merupakan buah dari demokrasi yang dipaksakan. Dia juga merupakan representasi dari dinasti politik yang dirancang oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Gibran lolos sebagai cawapres dengan cara tidak terhormat. Bagaimana konstitusi kita diperkosa hanya untuk kepentingan putra Jokowi tersebut," ucapnya.
Selain itu, Marlen juga menyoroti keberpihakan Jokowi kepada Prabowo-Gibran. Menurutnya, hal tersebut sangat tidak etis.
![Pasangan Capres-Cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat debat Capres-Cawapres kelima di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/04/66060-debat-capres-kelima-prabowo-subianto-gibran-rakabuming-raka-prabowo-gibran.jpg)
Terlebih, cara curang untuk memenangkan Prabowo-Gibran dilakukan secara terang-terangan.
"Seperti kita lihat Presiden Jokowi dengan ugal-ugalan membagikan Bansos di sejumlah daerah, tujuannya apa kalau bukan untuk mendongkrak keterpilihan Prabowo-Gibran. Presiden Jokowi dengan tidak ada rasa malu menggunakan APBN untuk memenangkan putranya," tegasnya.
Marlen ikut menyesalkan langkah sejumlah alumni yang mengatasnamakan alumni UKI dan mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo-Gibran.
Ia meminta, agar alumni tidak menggunakan UKI untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
“Karena selaku ketua IKA Fisipol UKI, setahu saya hingga saat ini DPP IKA UKI belum memutuskan dukungan kepada pasangan capres-cawapres tertentu,” pungkasnya.
Baca Juga: Anies soal Isu Bubarkan BUMN dan Diganti Koperasi: Fitnah yang Tak Masuk Akal