Ia mengaku sudah menyerahkan tiga fotocopy KTP kepada tim sukses para caleg. Menurutnya, jika ada pemberian sembako seperti itu sayang untuk dilewatkan.
“Kalau saya yang penting ya dikasih saya ambil. KTP tinggal kasih aja fotokopinya, kalau urusan pilih urusan belakangan,” ucapnya.
Tuti hingga saat ini mengaku belum ada satupun caleg yang pas di hatinya. Visi misinya pun tak jelas.
“Sekarang emang ada yang komitmen buat rakyat? Sejauh ini mereka cuma manfaatkan rakyat. Jadi gak salah kalau saya sekarang manfaatin mereka,” ucapnya.
Sementara itu, koordinator Komite Pemilih (Tepi) Indonesia, Jerry Sumampouw mengatakan cara membagikan sembako dan melancarkan serangan fajar merupakan pola lama yang sering dilakukan oleh para caleg. Pola tersebut selalu dilakukan setiap 5 tahun sekali saat pemilu.
Cara-cara seperti itu masih sering digunakan lantaran Bawaslu belum tegas menindak persoalan seperti itu, kurang alat bukti selalu menjadi alasan.
"Karena selama ini Bawaslu tidak bisa menindak tegas kasus-kasus seperti itu," kata Jerry kepada Suara.com.
Selain itu, kata Jerry, banyak caleg meggunakan agensi politik dalam mendulang suara karena Pemilu kali ini menggunakan sistem pemilihan saat ini merupakan sistem yang terbuka. Jika sistem pemilihan tertutup, maka partai menggunakan kadernya untuk turun ke lapangan.
Jerry meminta masyarakat jangan terlalu percaya dengan janji manis para caleg, terlebih mereka yang sudah mengiming-imingi bantuan di awal sebelum pemilihan. Biasanya, seperti pengalaman lalu, mereka akan ingkar janji.
Baca Juga: Airlangga Soal Debat Capres Kemarin: Prabowo Turunkan Tensi Politik
Divisi Pencegahan dan Pengawasan Humas dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Jakarta Barat, Abdul Roup mengaku hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan terkait bagi-bagi minyak di kawasan Jakarta Barat.