Suara.com - Program makan siang gratis bagi anak sekolah dan santri dinilai tidak hanya mengatasi masalah gizi anak usia sekolah, namun juga dapat menjadi stimulus bagi bergeraknya roda perekonomian lokal.
Karena, untuk menyediakan makan siang tersebut, harus digerakkan rantai pasok mulai dari petani, peternak, nelayan, pedagang pasar, UMKM, hingga komunitas ibu-ibu orang tua murid. Setiap mata rantai dalam proses adalah usaha yang memberi potensi pendapatan bagi pelakunya.
Demikian disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI), Iden Gobel menanggapi program makan siang gratis Prabowo-Gibran, di Jakarta, Senin (29/1/2024).
“Saya memandangnya dari sudut pandang pelaku usaha. Program ini memberi multiplier effect bagi rakyat. Ibaratnya, pemerintah menyuntik dana untuk gizi anak sekolah melalui APBN, dan di dalam penyediaannya ekonomi lokal dan ekonomi rakyat bergerak. Ibu-ibu orang tua murid dapat kami latih mengenai cara mengolah dan menyajikan makanan sesuai standar keamanan pangan, tukang sayur mendapat 2 order yang konsisten sepanjang tahun, dan ini menyemangati petani sayur untuk lebih produktif. Ini akan menjadi gerakan ekonomi yang dahsyat,” tambah Iden.
Baca Juga: Mencoba Toast dengan Roti Tipis ala Grainsly, Alternatif Kudapan yang Lebih Sehat
Wakil Sekretaris Jenderal II PPJI Budi Syahmenan menjelaskan, akan ada dua arus pergerakan ekonomi. Pertama, pemerintah menyuntikkan sekitar Rp400 triliun melalui APBN. Ini akan menjadi stimulus bergeraknya ekonomi lokal mulai dari komunitas ibu-ibu, orang tua murid, pengusaha jasaboga lokal, pedagang pasar, hingga petani, peternak, dan nelayan.
“Selain itu ada arus gerakan ekonomi lain yang disebabkan oleh penghematan ekonomi rumah tangga karena ibu-ibu berkurang kewajiban porsi yang harus dia sediakan setiap harinya. Program ini bukan soal makan dan gizi, tapi gerakan ekonomi lokal,” kata Budi.
Budi menjelaskan manfaat ekonomi tersebut telah disosialisasikan dalam acara Simulasi Penyajian Makanan Sehat, Bergizi, Terjangkau yang telah berjalan di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Tengah, yakni Semarang, Kendal, Tegal, Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Demak, Sukoharjo, dan Boyolali. Simulasi ini akan dilanjutkan ke Yogyakarta dan titik-titik lain di Jawa Tengah hingga masa kampanye berakhir. Simulasi ini dilaksanakan oleh relawan Aksi Sahabat Gibran (AksiBaGi), kelompok relawan yang memang fokus dalam sosialisasi program makan siang gratis PrabowoGibran kepada masyarakat.
“Bersama chef dan pelaku usaha boga kami sudah menghitung bahwa dengan Rp15.000 sampai Rp18.000, kita sudah bisa menyediakan makanan bergizi sesuai Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan,” papar Budi.
Budi memberi ilustrasi, jika satu kali makan membutuhkan Rp15.000, maka dalam 25 hari sekolah akan ada penghematan sebesar Rp375.000 per bulan. Angka yang tampak sepele akan jadi fantastis jika diakumulasikan secara nasional per tahun. Dengan jumlah mulai dari SD hingga SMA dan SMK sebanyak 44,2 juta siswa, maka akumulasi penghematan dalam setahun mencapai Rp198,9 triliun.
Baca Juga: Menyibak Manfaat Makanan hingga Minuman Sehat dalam Buku 'Terapi Jus Buah dan Sayur'
“Bisa kita hitung cepat, dengan mempertimbangkan beberapa faktor lain, agregat penghematan biaya rumah tangga bisa mencapai Rp200 triliun. Ini baru siswa sekolah formal, belum termasuk santri dan yang lainnya. Ini penggerak ekonomi baru,” jelas Budi.
Dalam setiap acara simulasi makan sehat, para profesional dari PPJI menyajikan variasi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah-buahan yang dapat dipadu padan untuk menyusun menu dalam satu pekan. Dalam acara tersebut juga ditunjukkan bahwa makanan bergizi tetaplah terasa lezat dan terjangkau, dengan resep-resep yang inovatif yang menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat.
“Program makan siang gratis ini akan menjadi gerakan yang meluas dan melibatkan semua kalangan, mulai dari ibu-ibu orang tua murid, PKK, UMKM, pedagang pasar, hingga pelaku usaha lokal. Dampak ekonominya sangat besar,” pungkas Budi.